Oleh: Sugiyanto alias SGY-Emik
(Aktivis Jakarta)
Ramadan dikenal sebagai bulan yang penuh berkah, bulan di mana Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia serta penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)…” (QS. Al-Baqarah: 185).
Oleh karena itu, Ramadan dianggap sebagai bulan yang istimewa, di mana amal ibadah dan kebajikan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Di samping nilai spiritualnya, Ramadan mengajarkan hikmah penting tentang inti kehidupan manusia yang sempurna. Setiap insan mendambakan kehidupan yang sehat, damai, bahagia, dan sejahtera, dengan tujuan akhir meraih kebahagiaan abadi di surga. Namun, hal ini tidak dapat diraih dengan mudah. Dibutuhkan latihan, kesabaran, serta konsistensi dalam menjalankan kebaikan.
Jika kita mendalami makna puasa di bulan Ramadan, tampak jelas bahwa bulan ini memberikan solusi nyata untuk mencapai kehidupan yang paripurna. Ramadan melatih disiplin dan konsistensi, dua elemen kunci dalam meraih kesuksesan hidup. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik amal adalah yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit.” (HR. Muslim).
Puasa mengajarkan kita untuk menahan lapar dan dahaga, yang pada hakikatnya merupakan cara menjaga kesehatan. Rasulullah ﷺ juga memberikan tuntunan dalam hal makan:
“Kami (kaum muslimin) adalah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.” (HR. Ahmad). Dengan mengikuti sunnah ini, tubuh menjadi lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.
Ramadan juga mengajarkan kedisiplinan dalam mengatur waktu. Pola tidur lebih awal, sekitar pukul 21:30 atau 22:00, memungkinkan seseorang bangun lebih pagi untuk melaksanakan shalat Tahajud. Sahur, yang dilakukan sekitar pukul 04:00 hingga 04:30, mengajarkan pentingnya menjaga asupan energi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Menjaga kebugaran dengan olahraga ringan setelah Subuh juga dianjurkan agar tubuh tetap sehat selama berpuasa. Setelah itu, waktu pagi digunakan untuk bersiap menjalankan berbagai aktivitas produktif, seperti bekerja, belajar, atau kegiatan sosial lainnya.
Mayoritas orang bekerja dari pukul 08:00 hingga 15:00 atau 16:00, kemudian bersiap berbuka puasa sekitar pukul 18:00. Setelah berbuka, salat Maghrib dilakukan hingga pukul 18:30, kemudian dilanjutkan dengan istirahat sejenak sebelum bersiap melaksanakan salat Isya dan Tarawih dari pukul 19:00 hingga 20:30.
Setelah shalat Tarawih, waktu dapat dimanfaatkan untuk membaca Al-Qur’an atau beristirahat sebelum tidur. Rutinitas ini menunjukkan bagaimana Ramadan membentuk pola hidup yang sehat, seimbang, dan produktif.
Selain ibadah individu, Ramadan juga menekankan pentingnya hubungan sosial. Islam mengajarkan agar kita memperbanyak sedekah, membantu sesama, serta menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang memberikan makan kepada orang yang berpuasa, baginya pahala seperti orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Tirmidzi).
Dengan demikian, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang membangun kesadaran sosial, kepedulian, dan empati terhadap sesama.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bulan Ramadan mencerminkan kehidupan manusia yang sempurna. Iman menjadi dasar utama dalam menjalani kehidupan, disertai dengan keseimbangan antara ibadah dan pekerjaan serta kepedulian terhadap sesama. Rutinitas yang dijalankan selama bulan Ramadan seharusnya tidak berhenti setelah bulan suci berlalu, melainkan menjadi kebiasaan yang terus dipertahankan.
Jika setiap orang menerapkan disiplin, konsistensi, dan kepedulian sosial sebagaimana diajarkan dalam Ramadan, maka mereka telah menjalani kehidupan yang paripurna di dunia. Insya Allah, dengan menjalani hidup seperti ini, kita akan meraih kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. Tentunya, di luar bulan Ramadan tidak ada salat Tarawih, namun bisa diganti dengan salat Qiyamul Lail atau Tahajud. Sementara itu, puasa Ramadan dapat diganti dengan puasa sunah lainnya.
Wassalamualaikum
Jakarta, 15 Maret 2025
(Sugiyanto: SGY-Emik)