Oleh: Tomu Augustinus Pasaribu S.H, M.H.
~Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3i)~
Akhirnya strategi politik Joko Widodo berjalan dengan mulus, pada Pilpres 2024 atas kemenangan Prabowo Subianto dan Gibran, yang awalnya Joko Widodo dianggap tidak mampu berpolitik, ternyata mampu membangun sebuah kekuatan masa melalui relawan sebagai alat poltik untuk mengimbangi kekuatan Partai Politik, hal tersebut dapat kita lihat pada saat perayaan Idul Fitri kemarin, walaupun sudah tidak menjabat Presiden pejabat dan simpatisan Joko Widodo masih berduyun-duyun silaturahmi ke kediaman Joko Widodo di Solo, hal tersebut dikarenakan elit dan partai politik tidak pernah memperhitungkan kelompok yang berada dibelakang Joko Widodo yang sudah dibangun semenjak Walikota.
Semua strategi politik Joko Widodo berjalan dengan baik dan matang, walaupun keinginan yang utama telah gagal, seperti Presiden tiga atau empat periode, perpanjangan Jabatan Presiden, namun Joko Widodo berhasil mengusung Putra Mahkota sebagai Wakil Presiden Prabowo sebagai pintu agar tetap dapat menutupi kesalahan-kesalahan yang sudah terlanjur terungkap, seperti: Dugaan Ijazah Palsu, kasus korupsi yang melibatkan keluarga, gagalnya IKN, kasus kereta cepat, serta perseteruan dengan Megawati. Bahkan Joko Widodo sedang berupaya membangun sebuah organisasi besar agar posisi Gibran tetap aman, serta dapat menjadi calon Presiden pada Tahun 2029.
Saat ini kelompok Joko Widodo sedang melakukan skenario-skenario baru untuk memuluskan Putra Mahkota agar secepat mungkin dapat menggantikan Prabowo sebagai Presiden, sebab situasi dan kondisi yang sangat mendukung dengan situai perpolitikan internasional dan ekonomi yang sedang kacau, posisi pemerintahan Prabowo dianggap sudah tidak sejalan dengan keinginan kelompok Joko Widodo, disisi lain pada saat menjabat Presiden Joko Widodo telah menyiapkan Bom Waktu bagi Presiden berikutnya yang dapat digunakan untuk meruntuhkan pemerintah, melalui kasus-kasus besar yang tidak dituntaskan dengan baik.
Bocornya pertemuan Prabowo dan Megawati dianggap sangat mengganggu, apalagi sebelumnya kelompok Joko Widodo, melalui Luhut Panjaitan mengeluarkan pernyataan “Saya saksi hidup Joko Widodo selama Presiden tidak pernah melanggar konstitusi” pernyataan tersebut mendapat respon yang negatif dari elit politik dan masyarakat, sementara pernyataan tersebut dikeluarkan dengan harapan elit-elit politik yang berupaya menghentikan kelompok Joko Widodo dengan pelanggaran konstitusi agar dihentikan.
Sebagai peringatan terhadap kelompok Prabowo dan elit politik, kelompok Joko Widodo mengeluarkan satu truf tentang kasus judi yang diduga melibatkan Sufmi Dasco, Wakil Ketua DPR yang sekaligus sebagai Ketua Pelaksana Harian Gerindra, padahal kasus judi terungkap ke publik pada saat mencuatnya kasus pembunuhan Brigadir Jhosua Hutabarat, yang melibatkan petinggi Polri, pada saat itu beredar di publik bahwa Sambu meminta bantuan kepada salah satu elit politik di Senayan, namun pemerintah maupun penegak hukum tidak menuntaskan atau mempublish siapa elit yang dimaksud, akhirnya kasus pembunuhannya berlanjut, sementara Kapolri menghentikan kasus judinya dengan membubarkan Satgas Merah Putih.
Hal tersebut dilakukan untuk mengingatkan sekaligus cek ombak terhadap kekuatan yang dimiliki, bila kelompok Prabowo masih tetap bandel tidak tertutup data-data kasus tersebut akan beredar ke publik, sebab hal yang wajar kelompok Joko Widodo memiliki segudang data kasus-kasus pejabat dinegeri ini, bahkan Joko Widodo juga telah dengan lantang mengingatkan Partai, elit Politik dan pejabat dalam suatu acara resmi bahwa dirinya memiliki semua data kasus-kasus mereka.
Apalagi dalam pemerintahan Prabowo kelompok Joko Widodo masih memiliki kekuatan 50%, jangan-jangan sampai 60% dengan para pejabat yang suka main dua kaki, dengan harapan bila Gibran jadi Presiden dapat diberikan posisi yang lebih baik.
Disamping itu kelompok Joko Widodo juga memberikan peringatan kepada Ketua Umum Partai lainnya yang kasusnya sedang digantung, untuk tidak melakukan manuver politik, serta mendukung skenario-skenario yang akan digulirkan sewaktu-waktu. Jadi hati-hati dengan skenario-skenario berikutnya.
Belajar dari pengalaman-pengalaman Presiden sebelumnya, seperti Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY, akhirnya Joko Widodo mencari formula, seperti politik dompleng cucu, politik sundul anak dengan tujuan agar tidak tersandung kasus setelah tidak menjabat sebagai Presiden, namun usaha yang dilakukan Joko Widodo dengan kelompoknya dianggap tidak akan mampu untuk meredam kekuatan lawan.
Akhirnya Joko Widodo menggunakan Politik Sapu Jagad yang dipelajari dari Kitab Daun Lontar yang berada di Magelang, semua lawan harus ada dalam genggaman atau kabur dari dunia politik. Apapun akan dilakukan Joko Widodo untuk menyelamatkan diri, keluarga dan kelompoknya.
Semoga Elit dan Partai Politik mendapat ramuan yang lebih bagus dan kuat untuk menggagalkan skenario politik Joko Widodo, yang sudah ditata dengan rapi sampai 2045, dengan rincian sebagai berikut, Tahun 2029 Gibran jadi Presiden, kalau tidak ada hal-hal yang terjadi kepada Prabowo sampai 2029, Tahun 2029 akan diupayakan Kaesang/Boby Ketua atau Wakil DPR, Tahun 2034 Gibran Presiden, Kaesang/Boby Ketua DPR, Tahun 2039 Kaesang/Boby Presiden atau Wakil Presiden, Tahun 2044 Kaesang Presiden,
Salam Kebajikan
Imogiri, 8 April 2025