Kronologi, Gorontalo – Aksi demonstrasi aliansi pusat perjuangan rakyat Gorontalo mengalami kericuhan dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan aparat Kepolisian. Hal itu diakibatkan karena permintaan massa aksi untuk bertemu Penjagub Rudy Salahuddin tak terpenuhi.
Massa aksi itu membawa tuntutan tolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Polri, RUU TNI, RUU Penyiaran, PP nomor 21 tahun 2024 Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
Saat dikonfirmasi, Jenderal Lapangan (Jendlap), Harun Alulu mengatakan, terdapat massa aksi yang kena pukul.
“Massa aksi yang kena pukul itu dari polisi ada 5 orang, dan satu kena pukul dari Satpol, mahasiswa UMGO, yang kena pukul di bagian pipi sebelah kiri,” kata Harun Alulu, Senin (01/07/2024).
Harun juga menekankan, kericuhan itu di luar kendali, karena pihaknya (massa aksi) dikonfirmasi bahwa Penjagub berada di Rudis Gubernur, tetapi tiba-tiba ada pemberitahuan ternyata Penjagub menghadiri rapat paripurna di DPRD Provinsi Gorontalo.
“Pertama tidak ada setingan kaos, kita rencananya memang dari bundaran HI, DPRD, ke Kantor Gubernur tapi terkonfirmasi ada Penjagub di Rudis maka kita serong ke Rudis,” terang Harun.
Aksi demonstrasi ini sudah jilid II kata Harun, dan pihaknya masih tetap tidak bertemu dengan Penjagub Gorontalo.
“Ketika terkonfirmasi ada penjagub di Rudis dan dia tidak mau temui kita (massa aksi), gelombang massa yang kita tidak bisa tahan. Kita udah pengalaman, aksi jilid I yang tidak ada goalsnya di aksi. Sudah dua kali Penjagub tidak menemui massa aksi, alasannya dugaan kita itu dibuat-buat. Di pagi alasannya penjagub ada upacara bhayangkara di Polda, kemudian kita di konfirmasi di Rudis, tiba-tiba ada rapat paripurna di DPRP Provinsi Gorontalo,” jelas Harun.
Ia juga mengatakan bahwa massa aksi dan pihak keamanan telah melakukan negosiasi untuk masuk ke dalam Rudis, namun tetap saja keamanan tidak mengizinkan.
“Kita sudah bernegosiasi untuk massa aksi kita mau serong ke dalam, biar tidak ada kaos, biar nanti kita tunggu, masuk tertib, menunggu Penjagub sampai malam ada. Tapi pihak dari Satpol dan kepolisian tidak mau. Dan karena ini sudah dua kali, gelombang massa aksi yang kita nggak bisa tahan,” pungkasnya.
Penulis: Audy Anastasya