Oleh: Dr.Hj. Munirah, M.Pd.
Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini IAIN Sultan Amai Gorontalo
Konsep Kepemimpinan
Konsep Kepemimpinan
Masalah kepemimpinan telah hadir bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari tentang pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang memiliki kelebihan-kelebihan dari yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia senantiasa memiliki keterbatasan dan kelebihan masing-masing.
Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut leadership dan dalam bahasa Arab disebut Zi’amah atau Imamah. Dalam terminologi yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam usaha bersama.
Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang memiliki visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inter peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakanya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.
Di Indonesia, istilah pemimpin ialah seorang laki-laki. Namun seiring berjalannya waktu dan emansipasi perempuan, perempuan memiliki kesempatan dan hak yang sama dengan laki-laki. Perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata, karena perempuan juga mampu melakukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Contohnya adalah Susi Pudjiastuti yang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan di Indonesia periode 2014-2019. A. Kamala Harris Sosok Kamala Harris sempat fenomenal di dunia sejak dia menjadi Wakil Presiden wanita kulit hitam pertama sepanjang sejarah AS. Karier politik Harries di AS sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Di 2010, Harris pernah menjadi wanita pertama dan orang Afrika-Amerika pertama yang menjabat sebagai Jaksa Agung di California. Selain itu di 2016, wanita pecinta Converse ini juga menjadi wanita India-Amerika pertama yang terpilih dan menduduki posisi senat di AS pada 2016.B. Megawati SoekarnoputriSiapa yang tak mengenal Megawati? Dikenal sebagai sosok perempuan kuat dalam dunia politik Indonesia, putri sulung Soekarno ini memulai kariernya sebagai Ketua umum PDI. Karier politik Mega makin menguat saat dia menjadi Wakil Presiden Indonesia ke-8 bersama Gus Dur. Tak sampai lima tahun, statusnya naik menjadi Presiden RI ke-5. Hal ini secara tidak langsung menjadikannya Presiden wanita pertama di Indonesia. C. Jacinda Ardern Jacinda Kate Laurell Ardern adalah Perdana Menteri ke-40 Selandia Baru. Dia naik ke puncak pimpinan pada usia yang cukup muda, yakni 38 tahun. Ini menjadikannya pemimpin wanita termuda di dunia dan PM termuda Selandia Baru dalam 150 tahun. Namanya makin melambung ketika dia menetapkan norma baru ketika seorang ibu melahirkan. Ibu melahirkan bisa mengambil cuti hamil enam minggu. Ketangguhan Ardern sebagai pemimpin juga dibuktikan ketika ia berhasil mengatasi pandemi Covid-19 di Selandia Baru. Ia menerima pujian dunia atas kemampuannya menekan angka kasus. D. Ratu Elizabeth IIRatu Elizabeth II merupakan sosok pemimpin wanita yang sangat populer sepanjang masa. Dia sudah menduduki takhta sejak 1952, yang menjadikannya pemimpin dengan pemerintahan terlama dalam sejarah Inggris. Masa pemerintahan (69 tahun) ini merupakan masa pemerintahan terpanjang dalam sejarah monarki Inggris mengalahkan nenek buyutnya, Ratu Victoria yang memerintah selama 63 tahun.E. Angela Merkel Angela Dorothea Merkel atau Angela Merkel menjadi Kanselir wanita pertama di Jerman pada 2005. Saat ini dia menjalani masa jabatan keempatnya. Pada November 2018, Merkel mengundurkan diri sebagai pemimpin Uni Demokratik Kristen dan mengumumkan dia tidak akan mengajukan diri sebagai kanselir pada 2021.F. Nancy PelosiNancy Patricia D’Alesandro Pelosi adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS ke-60. Ia merupakan wanita pertama yang menjabat posisi tersebut. Namanya mencuat di seluruh dunia setelah dia memimpin empat sidang pemakzulan Donald Trump pada 2019.G. Samia Suluhu Hassan Samia Suluhu Hassan adalah seorang politikus yang menjabat Presiden Tanzania sejak 19 Maret 2021. Sebelum menjabat sebagai presiden, Hassan menjabat sebagai Wakil Presiden Tanzania sejak 2015. Ia menjadi wakil presiden perempuan pertama di Tanzania setelah pemilu 2015 serta presiden perempuan pertama di Tanzania pada 2021.
Gaya Kepemimpinan
Menurut Heidjrachman dan S. Husnan gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. Ada suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan dari kepemimpinan, yakni dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan.
Gender dengan Gaya Kepemimpinan
Laki-laki umumnya identik dengan karakter masculine sedangkan perempuan identik dengan karakter feminine. Perbedaan karakter ini akan membangun kepribadian seseorang yang berdampak pada gaya kepemimpinan. Kepribadian seseorang akan berdampak pada respon yang diberikan ketika menghadapi situasi tertentu yang membentuk pola gaya kepemimpinan.
Kepemimpinan perempuan secara umum ada 2 (dua), yaitu pertama kepemimpinan transformasional. Dengan penerapan kepemimpinan model ini, bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan tanggap kepada pimpinannya. Kepemimpinan transformasional merupakan konsep yang relevan pada situasi di mana perubahan terjadi sangat cepat dan menuntut setiap organisasi untuk dapat menyesuaikan diri. Sedangkan kepemimpinan feminisme dapat dicirikan sebagai berikut: tak agresif, tergantung, emosional, subjektif, gampang terpengaruh, pasif, tak kompetitif, sulit memutuskan, tak mandiri, sensitif, tak berani spekulasi, kurang PD, butuh rasa aman, memperhatikan penampilan. Adapun ciri-ciri Kepemimpinan maskulin: sebaliknya. Dewasa ini sangat dibutuhkan etika feminin, sebagai penyeimbang bagi dominasi etika maskulin. Untuk menjadi seorang pemimpin tidak saja dibutuhkan bakat, tetapi juga dibutuhkan kemampuan dan keahlian yang dilatih sejak muda. Perempuan harus berjiwa pemimpin, antara lain: visioner, partisipatif, think globally, act locally, berkarakter, cerdas secara spiritual, emosional, sosial, maupun intelektual. Juga adanya passion kompetitif. Perempuan harus mampu membangun personal branding/citra diri yang positif, baik sebagai individu, ibu, mitra suami, sebagai pemimpin atau pelayan masyarakat. Perempuan harus memahami konsep diri, yaitu kesadaran, sikap, dan pemahaman, tentang siapa diri kita, apa cita-cita kita, apa kekurangan, kelebihan, kemampuan, kekuatan, dll. Perempuan pemimpin harus memiliki konsep diri positif, yakin akan kemampuan mengatasi masalah. Merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu sadar setiap keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui masyarakat, dan mampu memperbaiki diri. Konsep diri bukan sesuatu yang tiba-tiba “jadi” tetapi harus dibentuk, dengan belajar. Seorang perempuan pemimpin harus memiliki sikap asertif, yaitu penuh percaya diri, mempunyai keyakinan yang kuat akan tindakannya dan mampu menyatakan perasaan dan pendapatnya, tanpa menyakiti perasaan diri-sendiri atau perasaan orang lain, tanpa mengganggu hak orang lain.
Kepemimpinan Perempuan
Peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dalam pembangunan bukan hanya sebagai prosespembangunan, tapi juga sebagai fondasi yang berstruktur kuat. Perjuangan akan figure R.A. Kartini dapat dirasakan dengan adanya pergerakkan emansipasi perempuan. Keberadaan peran perempuan sebagai pimpinan kini mulai dihargai dan disetarakan. Sejalan dengan gerakan emansipasi dan gerakan kesetaraan gender yang intinya berusaha menuntut adanya persamaan hak perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, maka setahap demi setahap telah terjadi pergeseran dalam mempersepsi tentang sosok perempuan. Mereka tidak dipandang lagi sebagai sosok lemah yang selalu berada pada garis belakang, namun mereka mampu tampil di garis depan sebagai pemimpin yang sukses dalam berbagai sektor kehidupan, yang selama ini justru dikuasai oleh kaum laki-laki. Perempuan memiliki kemampuan yang sama untuk berada di posisi puncak dalam karier,” Faktanya, dalam berbagai organisasi saat ini, saat gaya kepemimpinan yang keras dan kaku tidak lagi sesuai untuk karyawan, gaya kepemimpinan perempuan yang komprehensif serta nilai-nilai positif lainnya membuat mereka lebih cocok untuk menduduki posisi puncak. Perempuan dapat menjadi pemimpin bila dididik dengan cara berbeda dan tidak melulu menganggap diri mereka sebagai perempuan melainkan bagian dari sesama manusia.
Pada dasarnya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keefektivitasan kepemimpinan antara pemimpin perempuan dan laki-laki. Namun hal yang membedakan adalah kepercayaan karyawan tentang gender dan perilaku pemimpinnya dalam berbagai variasi budaya (Jonsen, Maznevski, & Schneider, 2010). Namun kepercayaan atau persepsi terhadap gender dan perilakunya ini berpengaruh pada keputusan manajerial dalam peningkatan karir, promosi, penempatan, dan juga pelatihan yang diterima oleh seorang pemimpin. Berdasarkan hal diatas, posisi perempuan sebagai pemimpin selalu dianggap negatif oleh banyak kalangan. Dalam suatu kondisi, apabila seorang pemimpin perempuan mengalami sebuah kesuksesan, orang-orang lebih melihat tersebut disebabkan oleh faktor eksternal dibandingkan dari keefektivitasan kepemimpinan pemimpin tersebut. Pemimpin perempuan yang mengimplementasikan karakterisktik agentic dalam kepemimpinannya diperusahaan atau organisasi dan mendapatkan kesuksesan atas itu, akan tetap dianggap sebagai pemimpin yang tidak berkompeten dan tidak sesuai dengan karakter asli dari gendernya (Eilenn).
Dalam penekanan peran gender serta peran pemimpin, peran teori sosial Bidle, Sabrin dan Allen, berpendapat bahwa pemimpin menempati peran yang didefinisikan pada posisi mereka yang spesifik dalam hierarki dan sekaligus berfungsi di bawah kendala peran gender mereka. Dalam hal definisi umum peran sosial sebagai harapan bersama sosial yang berlaku untuk orang yang menempati posisi sosial tertentu atau anggota tertentu
pada kategori sosial, peran gender adalah keyakinan konsensual tentang atribut perempuan dan laki-laki.