Lewat ekosistem digital, Telkom Indonesia melalui Indigo fasilitasi akses pendanaan dan wawasan bisnis bagi pelaku festival
Festival yang berkembang pesat sebagai penggerak ekonomi kreatif dan pariwisata di daerah makin mendapatkan perhatian. Namun, banyak pemilik IP Festival, mulai dari penyelenggara lokal hingga kreator acara, masih menghadapi kesulitan dalam mengakses pendanaan yang berkelanjutan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pola bisnis yang terukur dan koneksi dengan investor yang terbatas, sehingga potensi besar dari industri ini belum dimanfaatkan secara optimal. Melihat celah tersebut, Telkom Indonesia melalui program Indigo menggagas pendekatan baru dengan mempertemukan pemilik IP Festival, dan lembaga pendanaan melalui koneksi strategis berbasis teknologi dan akal imitasi (AI).
Digelar pada 6–7 Mei 2025 di Hotel 101 Yogyakarta, JFFE merupakan inisiatif dari Jogja Festival sebagai ruang temu jejaring festival, MICE, dan ekonomi kreatif. Tahun ini, lebih dari 20 IP Festival berpartisipasi untuk memperkuat posisi mereka melalui diplomasi festival yang menghubungkan pelaku industri dengan berbagai pemangku kepentingan. Indigo memahami bahwa festival merupakan salah satu kekuatan budaya dan ekonomi Jogja yang perlu didukung dengan solusi teknologi serta akses pendanaan yang tepat.
Yasa, Ketua Yogyakarta Investment Club (YKIC), menyampaikan bahwa kolaborasi ini merupakan langkah strategis dalam menghadirkan pola pendanaan yang lebih sesuai untuk kebutuhan IP Festival. Dengan keterlibatan langsung dari investor dan lembaga pembiayaan, Yasa berharap festival-festival lokal tidak hanya berkembang sebagai acara budaya, tetapi juga mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah.
Kegiatan ini dimulai dengan talkshow bersama Trihill Capital dan BNI Ventures yang membahas bagaimana pendanaan untuk IP Festival masih relatif baru bagi dunia modal ventura. Namun, dengan meningkatnya traction dan dampak festival dari tahun ke tahun, mereka menilai peluang pendanaan di sektor ini sangat potensial. Usai talkshow, tiap pemilik IP diberikan waktu tiga menit untuk mempresentasikan kebutuhan dan potensi mereka di hadapan lebih dari 50 stakeholders—terdiri dari unsur pemerintah, korporasi, perbankan, dan lembaga pendanaan.
“Walaupun Indigo tidak secara langsung beroperasi di industri festival, kami memiliki portofolio yang kuat dalam mendukung ekosistem pendukungnya, seperti sistem ticketing, platform akomodasi, serta solusi digital untuk pengelolaan acara. Kota Jogja memiliki potensi dan karakter yang sangat khas dalam sektor ini, sehingga kami berkomitmen untuk memfasilitasi koneksi strategis antara para kreator festival dan investor dengan mengimplementasikan praktik terbaik dalam pengembangan ekosistem bisnis yang berkelanjutan,” ujar Patricia Eugene Gasperz, Senior Manager Indigo.
Melalui kegiatan ini, para pelaku festival tidak hanya memperoleh akses pendanaan, tetapi juga wawasan penting dalam membangun IP yang lebih kuat, terukur, dan berkelanjutan. Indigo berkomitmen untuk terus memperluas peranannya dalam mendorong digitalisasi ekonomi kreatif di daerah serta membangun ekosistem yang mendukung inovasi lokal. Pendekatan ini diharapkan dapat memperkuat industri festival sekaligus membuka peluang inklusif bagi masyarakat untuk berkembang bersama dalam ekonomi berbasis kreativitas dan teknologi.
Artikel ini juga tayang di VRITIMES