Kronologi, Jakarta – Kinerja PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, menjelang Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 27 Mei 2025 mendatang, kembali menjadi sorotan setelah laba bersih sepanjang 2024, mengalami penurunan.
Dalam laporan keuangan Tahun Buku 2024, laba bersih Telkom sepanjang 2024 tercatat sebesar Rp. 23, 649 triliun, turun dibandingkan tahun 2023 senilai Rp. 24, 560 triliun. Meskipun nilai aset sepanjang 2024 sebesar Rp. 299,675 triliun, meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar Rp. 287, 042 triliun.
Peneliti kebijakan publik dan politik Center for Indonesia Reform, Subhan Akbar mensinyalir, salah satu penyebab menurunnya laba bersih Telkom karena permasalahan manajemen dan kepemimpinan yang kemungkinan kurang efektif dalam mengelola perusahaan.
“Ini disebabkan oleh berbagai faktor, bisa kurangnya inovasi, manajemen yang tidak efektif, dan kepemimpinan yang kurang visioner. Kurangnya minat investor juga menjadi masalah. Karena investor cenderung mencari perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik dengan manajemen yang efektif,” kata Subhan dalam keterangannya, Minggu (27/4/2025).
Subhan memaparkan, EBITDA (Laba sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi) konsolidasi Telkom pada 2024 tercatat sebesar Rp75,029 triliun, menurun dari tahun ke tahun, yaitu Rp77, 579 triliun (tahun 2023) dan Rp78, 992 triliun (tahun 2022).
Untuk itu, dia menyarankan para pemegang saham agar memperhatikan penurunan angka-angka EBITDA dari 2022 hingga 2024, termasuk penurunan laba bersih perseroan sepanjang 2024 dibanding tahun lalu. Penurunan ini merupakan hasil kinerja dari manajemen direksi keseluruhan.
Padahal, Telkom merupakan perusahaan kebanggaan masyarakat Indonesia, yang disokong penuh oleh negara, baik dari sisi regulasi hingga pendanaan.
“Ini harus diperhatikan oleh pemegang saham. Bisa saja juga disebabkan karena direksi kurang fleksibel dan tidak responsif terhadap perubahan pasar. Harus diingat sekarang ini zamannya teknologi digital, ditambah lagi pemanfaatan AI (artifisial inteligensi) semakin berkembang. Nah, ini penting jadi perhatian dalam menghadapi persaingan yang ketat di industri teknologi,” ungkapnya.
Subhan juga mengingatkan,jika perseroan kurang memperhatikan mengenai inovasi, akan menjadi masalah serius. Padahal, Telkom diharapkan menjadi pionir dalam industri ini dengan menghadirkan produk dan layanan yang inovatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Dia juga mempertanyakan direksi perseroan yang diisi oleh orang-orang lama, seperti sudah terlalu nyaman. Akibatnya, kemampuan mereka dalam menghadapi perubahan industri teknologi yang begitu cepat menjadi pertanyaan bagi publik.
Oleh sebab itu, lanjut dia, penting penyegaran dalam struktur direksi Telkom yang diharapkan dapat meningkatkan nilai laba bersih dan membuat perusahaan lebih kompetitif di industri teknologi.
“Perubahan dapat dilakukan dengan memperbarui direksi perusahaan sebagai bentuk penyegaran pada RUPST nanti. Ini semua ada di tangan para pemegang saham. Penting juga diperhatikan pemimpin Telkom ke depan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang dunia teknologi. Saran ini sebagai bentuk kasih sayang kita pada Telkom, BUMN kebanggaan kita,” pungkasnya.
Penulis: Tio