Kronologi, Sangihe – Proyek pembangunan sarana dan prasarana Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Manganitu yang dibangun tahun 2023 diduga kuat bermasalah dan patut diusut oleh pihak aparat penegak hukum.
Selain bermasalah, gedung kantin yang pekerjaannya asal jadi itu, nyaris saja memakan korban. Pasalnya plafon berbahan Gypsum itu ambruk dan berhamburan di lantai. Untungnya, saat kejadian kantin yang berukuran 12×8 meter itu dalam keadaan tertutup karena belum dimanfaatkan.
Ironisnya, manajemen CV Mitra Sejahtera selaku pihak yang paling bertanggung jawab, hingga saat ini terkesan lepas tanggung jawab.
Bahkan Pihak sekolah menyebutkan, ada kewajiban pihak perusahaan yang tidak dipenuhi, yaitu pemakaian listrik dan air selama mereka bekerja tidak pernah dibayarkan.
Proyek yang sumber anggarannya dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2023 Provinsi Sulawesi Utara itu, berbandrol Rp. 1.132.115.900, diperuntukan membangun tiga gedung di lingkungan SLBN Manganitu, termasuk gedung kantin yang plafonnya sudah ambruk.
Sayangnya, pengerjaan proyek tersebut tidak sesuai besteknya. Hal yang cukup menyolok, tiga gedung yang baru dibangun itu tidak memiliki selasarnya.
Sementara itu, Kapitalaung (kepala desa) Kampung Mala, Ferdinand Sehang, yang turut melihat langsung kondisi bangunan tersebut mengaku prihatin. Ia bahkan menyesalkan gedung kantin SLBN yang bersebelahan dengan kantor Kampung itu sudah rusak sebelum dimanfaatkan.
“Untung saja kantin itu belum dimanfaatkan, sehingga tidak memakan korban saat plafonnya ambruk,” ujar Ferdinand.
Ferdinand yang sangat memahami bidang konstruksi itu, menambahkan, sejak awal pekerjaan dimulai, ia sudah melihat gelagat tidak baik dari pihak kontraktor, dimana saat melapor ke kantor kampung, mereka (pengawas) enggan memperlihatkan RAP dari proyek tersebut.
“Saat melapor di kantor kampung, pihak pengawas proyek tidak menyertakan RAPnya. Sebagai pemerintah Kampung, saya prihatin atas ulah pihak CV Mitra Sejahtera yang terkesan tertutup dalam mengerjakan proyek yang berbandrol miliaran itu,” bebernya lagi.
Ferdinand menambahkan, yang namanya pembangunan sebuah gedung harus dibuat selasarnya, jika tidak maka kondisi bangunannya sangat rentan rusak atau ambruk.
Sementara pihak manajemen CV Mitra Sejahtera yang beralamat di Tondano Minahasa itu, tidak bisa dihubungi. Bahkan menurut Kapitalaung Ferdinand, nomor kontak mereka sudah tak bisa dihubungi lagi.
Penulis: Ronal Katiandagho