Kronologi, Sulut– International Conference On Sustainable Coral Reefs yang diselenggarakan di kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara, dan diikuti oleh 700 ilmuwan dari 22 negara, berhasil membahas berbagai isu Internasional yang berdampak di Indonesia khususnya di Laut Sulawesi.
Hari kedua (14/12-24) salah satu isu yang dibahas adalah pengelolaan sektor wisata. Rapat ini dibuka langsung oleh Haryanto Deputi pengelolaan destinasi dan infrastruktur Kementrian Pariwisata RI.
Dalam sambutannya Haryanto menuturkan bahwa Kementrian Pariwisata sangat mengapresiasi dengan konferensi internasional yang digelar di manado ini.
” Saya senang bisa hadir di acara yang super keren ini, jadi ini potensi yang sejatinya menjadi kekuatan dari Sulawesi Utara, terkhusus dari Likupang sebagai salah satu dari lima destinasi pariwisata super prioritas. Potensi ini dengan kehadiran para narasumber akan makin terang benderang dan makin elok dibahas apa saja yang menjadi catatan penting serta program penting kedepan untuk memajukan pariwisata di Sulut.” Jelas lelaki yang dikenal ramah ini.
Tampil sebagai salah satu narasumber dalam diskusi bertaraf internasional ini, Senior Koordinator-WCS Marine Sulut Sonny Tasidjawa, yang juga menjabat sebagai ketua Asosiasi Insan Pariwisata Indonesia di Sulawesi utara.
Sonny Tasidjawa bersama WCS (Wildlife Conservation Society) Marine Sulut, aktif membuat kajian dan gebrakan gebrakan penanganan laut dan berperan aktif menjaga keanekaragaman biota laut, serta melakukan pencegahan kerusakan terumbu karang yang dilakukan oleh tangan tangan manusia tak bertanggung jawab.
Dalam diskusi internasional ini, Sonny mengupas tuntas Pengelolaan Pariwisata yang harus berdampak positif pada Lingkungan hidup baik di darat maupun dalam laut seperti biota laut fan terumbu karang.
“Sektor pariwisata itu seperti apa proses pengelolaannya di dalam kita menguatkan tentang isu pengolahan Kawasan super prioritas untuk pariwisata yang ada di Sulut.” Ujar Sonny membuka materi siang itu.
Sonny juga mengupas tuntas terkait kawasan konservasi baik itu dibangun oleh Kementrian Kehutanan, juga konservasi yang dibangun oleh Adat dan Perorangan.
“Pengolahan kawasan konservasi ini banyak tantangannya dan ancamannya, yang secara umum bisa kita lihat, seperti overfishing, illegal fishing, di sulawesi tenggara cukup besar skali.” Beber Sonny.
Menurut Sonny, untuk menata kawasan konservasi ini dari sisi tertentu untuk kebutuhan masyarakat. “Namun walau begitu masyarakat harus bijak bahwa kalo sudah overfishing, mengambil dengan pukat yang bisa menangkap ikan indukan, maka lama kelamaan ikan di laut kita akan habis. Karena disikat semua. Maka perlu ditata kawasan mana yang bisa diluaskan untuk masyarakat menangkap ikan, dan mana yang tidak bole diganggu.” Tandas Sonny mengingatkan.
Meski diskusi hanya dibatasi durasi materinya, tetapi semua peserta mengikuti dengan baik. Dan kegiatan berakhir dengan lancar.
Penulis : Anita Tambayong.