Kronologi, Gorontalo – Salah satu keluarga pasien operasi mengeluhkan terkait pelayanan yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Bumi Panua (RSBP) Kabupaten Pohuwato.
Bunga Pahrun, bercerita bahwa setelah selesai menjalani operasi, kakaknya akan dipindahkan ke salah satu ruang inap yang ada di rumah sakit itu menggunakan mobil ambulans.
Kemudian kata dia, karena tidak adanya Brankar ambulans, keluarga bersama beberapa orang perawat dan sopir memindahkan kakaknya ke dalam mobil ambulans hanya dengan menggunakan kain seprai.
“Ini pasien baru selesai dioperasi di bagian pantat (bokong). Jadi, saat dimasukan ke mobil ambulans itu, tidak ada itu ranjang (Brankar ambulans) yang dinaikkan ke dalam mobil. Cuma pakai seprai,” keluhnya.
Pihaknya juga kata Bunga, sudah berupaya meminta brankar ambulans yang bisa dimasukkan langsung bersama pasien ke dalam mobil ambulans itu, namun Brankar tersebut tidak ada.
“Saat kami memindahkan pasien ini, ada salah satu pegawai rumah sakit yang acuh tak acuh. Nanti setelah pasien ini sudah berada di dalam mobil ambulans, (baru) pegawai ini mengatakan bahwa ranjang (Brankar) itu ada,” katanya.
Seharusnya kata dia, dari segi pelayanan, siapapun yang merasa bagian dari rumah sakit itu, menghampiri atau menanyakan apa yang menjadi kebutuhan pasien.
“Begitu sikap pelayanan, kan. Jangan pandang bulu, jangan pandang enteng. Tetap dihampiri, ditanya apa kebutuhan mereka (pasien). Itu pemicu sampai kami keluarga marah. Jadi, kedepannya itu pelayanan itu mesti diperbaiki, fasilitas diperhatikan,” harapnya.
Menanggapi hal itu, Kasi Pelayanan dan Penunjang Medis RSBP Pohuwato, apt. Nikma Rantung, mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi pada hari Selasa sore (16/7/2024).
Mulanya kata Nikma, ia menghampiri salah seorang perawat yang dimarahi oleh salah satu keluarga pasien. Namun kata dia, ia pun turut dimarahi oleh keluarga pasien itu karena dianggap hanya sibuk bermain handphone.
“Dia (keluarga pasien) marah sekali. Saya bilang, mohon maaf Bu, saya pegang hp (karena) kebetulan saya mau menelpon sopir untuk mengantar mayat. Ibu itu marah karena mengangkat pasien dengan seprai,” jelasnya saat ditemui di ruangannya. Rabu (18/7/2024).
Nikma, juga mengatakan bahwa mobil ambulans yang digunakan untuk memindahkan pasien itu hanya berukuran kecil, sehingga tidak memiliki Brankar seperti mobil ambulans yang berukuran besar.
Tidak hanya itu, Nikma juga membantah jika dirinya mengatakan kepada keluarga pasien bahwa masih ada brankar ambulans yang tersedia.
“Saya tidak bilang ada, cuma saya bilang kenapa kalian tidak cek dulu. Pas saya hubungi, mobil (ambulans) besar yang ada brankar, (ternyata) mereka pakai mengantar mayat,” kata dia.
Tidak hanya itu, Nikma, juga memastikan bahwa penggunaan kain seprai untuk memindahkan pasien ke dalam mobil ambulans itu sudah sesuai dengan Protokol Tetap (Protap).
Senada dengan itu, Kabid Pelayanan RSBP Pohuwato, Maryam Samoe, mengatakan bahwa penggunaan kain seprai untuk memindahkan pasien ke dalam mobil ambulans itu sudah sesuai dengan protap. Penggunaan kain seprai itu juga kata dia, untuk mengurangi pergerakan pasien.
“Kalau dengan kain itu, dia mengikuti anatomi tubuh kita. (Itu) keuntungan kalau kita menggunakan itu (kain),” pungkasnya.
Penulis : Hamdi