Salatiga – Kota Salatiga kembali mengukuhkan identitasnya sebagai kota toleran dan multikultural melalui penyelenggaraan International Festival of Southeast Asia yang digelar di Balairung Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Acara bertema “Diversified by Nationality, United by Commonality” ini sukses memukau para tamu undangan dan menciptakan momen inspiratif lintas negara.
Festival ini merupakan hasil kolaborasi antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Chapter UKSW dan Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi (Fiskom) UKSW. Tema yang diusung menegaskan bahwa keberagaman bukan penghalang, tetapi justru kekuatan untuk mempererat persatuan — nilai yang selaras dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Wali Kota Salatiga, Robby Hernawan, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam atas perhelatan tersebut. Ia menyebut bahwa festival ini tidak hanya menegaskan reputasi Salatiga sebagai kota toleran, tetapi juga memperlihatkan bahwa Salatiga mampu menjadi pusat pertemuan budaya dan dialog antarbangsa.
“UKSW adalah simbol nyata dari Indonesia mini, tempat mahasiswa dari berbagai latar belakang hidup berdampingan dengan damai. Kota ini benar-benar mencerminkan harmoni keberagaman,” ujar Robby dikutip WargaJateng.com.
Ia juga menekankan bahwa Salatiga bukan hanya kota yang nyaman untuk dihuni, tetapi juga punya potensi besar menjadi jembatan kerja sama kawasan Asia Tenggara.
“Festival ini adalah langkah nyata menuju kolaborasi regional yang lebih erat. Semangat global bisa tumbuh dari kota yang sederhana namun berjiwa besar seperti Salatiga,” lanjutnya.
Salah satu momen istimewa dalam acara tersebut adalah kehadiran Dr Dino Patti Djalal, pendiri FPCI, mantan Wakil Menteri Luar Negeri, sekaligus Duta Besar RI untuk Amerika Serikat. Dalam pidatonya, Dino menyatakan kekagumannya terhadap atmosfer kebhinekaan UKSW dan keberagaman Salatiga.
“Komposisi mahasiswa dari Jawa dan luar Jawa yang seimbang di UKSW mencerminkan Indonesia dalam bentuk nyata. Saya sangat terkesan. Semangat toleransi di sini sangat hidup,” ujar Dino.
Ia berharap, semangat yang ditanamkan melalui festival dan program FPCI akan terus berkembang, tidak hanya di Salatiga, tetapi juga menyebar ke berbagai kota di Indonesia dan Asia Tenggara. FPCI sendiri dikenal sebagai organisasi yang aktif mempromosikan isu-isu hubungan internasional kepada publik, khususnya generasi muda, melalui forum diskusi, seminar, dan festival berskala global.**