Kronologi, Jakarta – Pihak PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, menanggapi ihwal kenaikan beban karyawan di tengah stagnasi laba perusahaan, yang dianggap disebabkan oleh pensiun dini. Hal ini berujung pada pada efisiensi sehingga diharapkan mampu memperbaiki laba perusahaan.
“Langkah ini diharapkan membawa dampak positif terhadap produktivitas perusahaan,” kata VP Investor Relations Telkom, Octavius Oky Prakarsa kepada media, dikutip Rabu (18/6/2025).
Diketahui, beban karyawan Telkom sepanjang 2024 mencapai Rp16,81 triliun, naik sekitar 5,5 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya, Rp15,93 triliun.
Kenaikan kembali terjadi pada kuartal I-2025, meski dengan persentase yang lebih kecil. Pada periode ini, beban karyawan Telkom naik 0,7 persen secara tahunan menjadi Rp4,16 triliun.
Namun, Oky belum memperinci jumlah karyawan yang masuk program pensiun dini dan mulai di level apa program tersebut berjalan. Hanya saja, penyesuaian jumlah karyawan akan terus menjadi pertimbangan perseroan sebagai salah satu cara memperbaiki profitabilitas.
“Perusahaan senantiasa mengevaluasi langkah-langkah strategis guna menjaga margin dan profitabilitas bisnis, sekaligus menjamin pemenuhan kewajiban sesuai regulasi,” kata Oky.
Sebagai informasi, jajaran manajemen direksi Telkom yang dipilih berdasarkan RUPST 27 Mei lalu, tergolong gemuk. Dimana, perseroan memiliki sembilan direksi dan delapan komisaris.
Remunerasi dewan direksi dan komisaris Telkom kuartal I-2025 sebesar Rp192 miliar. Jika disetahunkan, angkanya mencapai Rp768 miliar, yang mana angka ini akan diakui sebagai beban umum dan administrasi.
Beban remunerasi dewan direksi dan komisaris Telkom yang disetahunkan itu naik 13 persen dibanding realisasi remunerasi 2024 yang sebesar Rp668 miliar.
Jika gaji dan tunjangan (remunerasi) para petinggi Telkom itu bisa disetahunkan, maka bukan berarti perkiraan pendapatan dan laba Telkom hingga akhir tahun diperlakukan sama.
Gemuknya struktur manajemen Telkom di tengah stagnannya laba perusahaan muncul terseret isu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), Grab dan Danantara.
Investasi Telkom di GOTO belum sepenuhnya menguntungkan. Sementara, pendapatan dan laba perusahaan cenderung stagnan beberapa waktu terakhir.
Sepanjang 2024, pendapatan TLKM hanya naik 0,5 persen secara tahunan menjadi Rp149,97 triliun. Laba bersihnya bahkan turun 3,7 persen secara tahunan menjadi Rp23,65 triliun.
Bukannya menerapkan strategi lain untuk mendongkrak kinerja keuangan, gaji petinggi Telkom justru terus membengkak. Padahal, ini akan menjadi beban.
“Jika tidak ada terobosan baru untuk tahun 2025 ini, penjualan dan laba 2025 akan sama flat-nya dengan 2024 dan 2023. Bahkan bisa jadi sedikit turun dibandingkan dengan kedua tahun tersebut,” kata investor senior Joeliardi Sunendar, dikutip dari media.
Tak hanya itu, JP Morgan turut menyoroti prospek profitabilitas JP Morgan yang cenderung tertekan.
Tim riset yang terdiri dari Henry Wibowo hingga Ranjan Sharma disebutkan, JP Morgan memangkas target harga saham TLKM dari Rp4.200 menjadi Rp3.700 karena laba kuartal I/2025 hanya mencapai Rp5,7 triliun atau 21 persen dari estimasi laba sepanjang tahun. Margin laba bersih TLKM juga tercatat hanya 14 persen, terendah dalam lima tahun terakhir.
“Hal ini mencerminkan tekanan profitabilitas yang signifikan, terutama dari segmen mobile dan enterprise,” dikutip dari riset tersebut.
Telkomsel sebagai kontributor utama laba usaha Telkom dinilai masih menghadapi pertumbuhan yang lambat. ARPU stagnan, dan kompetisi di segmen seluler masih sangat ketat.
Di saat bersamaan, segmen enterprise belum menghasilkan margin yang sehat dan berkelanjutan.
Untuk tahun 2025, JP Morgan memproyeksikan pendapatan Telkom mencapai Rp158,3 triliun dan laba bersih Rp27,2 triliun. Namun, margin laba bersih diperkirakan tetap di kisaran 17 persen, lebih rendah dari era sebelumnya yang mencapai 18 hingga 20 persen.
Return on equity (ROE) Telkom juga terus menyusut, dari 16,3 persen pada 2024 menjadi 15,7 persen di 2025 dan 15,5 persen pada 2026. Sementara rasio pembayaran dividen Telkom sebesar 60 persen, diperkirakan menghasilkan dividend yield 4,1 persen untuk tahun buku 2025. Yield ini cenderung stagnan di kisaran 4,3 persen pada 2026 dan 4,5 persen di 2027.
JP Morgan menegaskan rekomendasi Neutral untuk saham TLKM. Menurut analis, kontribusi sektor digital dan data center belum cukup kuat untuk menutup pelemahan dari segmen legacy seperti Telkomsel.
Penulis: Nando