SEMARANG – Pemerintah Kota Semarang terus menegaskan komitmennya dalam meningkatkan kualitas sektor kesehatan melalui program unggulan “Semarang Sehat”. Inisiatif ini tidak hanya memperkuat sistem layanan, tetapi juga memperluas jangkauan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat.
Dua fokus utama yang tengah dijalankan yakni peningkatan kuota peserta Jaminan Kesehatan Semesta (UHC) serta perluasan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan untuk kelompok pekerja rentan.
Hingga Mei 2025, sebanyak 28.562 warga telah menjadi peserta aktif UHC. Pemerintah bahkan telah mengalokasikan kuota tambahan 10.800 peserta setiap bulan mulai Juni hingga Desember 2025. Dengan skema ini, jumlah peserta UHC di Kota Semarang diproyeksikan mencapai 230 ribu jiwa pada akhir tahun.
Jenis penyakit yang paling sering ditangani melalui UHC adalah infeksi saluran pernapasan, menunjukkan betapa pentingnya jaminan kesehatan menyeluruh yang bisa diakses oleh semua kalangan.
Dalam konferensi pers 100 hari kepemimpinan, Wali Kota Semarang Agustina menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen menghadirkan layanan kesehatan yang mudah diakses dan tidak membebani biaya masyarakat.
“Kami pastikan warga bisa mendapat layanan kesehatan yang layak, baik dari sisi infrastruktur maupun pembiayaan. Target kami ada penambahan 90.000 peserta aktif UHC hingga akhir tahun ini, dan saat ini sudah melampaui 30.000,” jelas Agustina.
Ia juga menekankan bahwa program ini bukan sekadar mengantisipasi warga yang sakit, tapi sebagai bentuk jaminan dan ketenangan hidup bagi masyarakat. “Kota akan maju jika warganya sehat,” tambahnya.
Tak hanya soal jaminan kesehatan, Pemkot Semarang juga menyasar perlindungan kerja untuk kelompok pekerja rentan lewat program Pijar Semar. Hingga kini, 7.217 pekerja telah terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan, yang pembiayaannya ditanggung penuh oleh APBD Kota Semarang.
Lebih dari itu, 500 pekerja rentan juga mendapat perlindungan jangka panjang melalui skema BPH JHT (jaminan hari tua).
Agustina turut menyoroti pentingnya infrastruktur sebagai tulang punggung layanan kesehatan yang optimal. Oleh karena itu, Pemkot berencana menambah jumlah Pustu, Puskesmas, hingga rumah sakit, serta menggandeng rumah sakit swasta sebagai mitra strategis.
“Jika di suatu wilayah hanya ada Pustu, maka akan kami tingkatkan jadi Puskesmas. Wilayah yang belum punya, akan kami bangun dari awal. Kami ingin hadirkan fasilitas kesehatan yang representatif dan merata,” tuturnya.**