SEMARANG – Dalam upaya memperkaya koleksi satwa sekaligus memperkuat program konservasi, Taman Margasatwa Semarang (Semarang Zoo) kembali menghadirkan tiga jenis satwa baru: kapibara, sitatunga, dan domba edukatif. Kehadiran satwa-satwa tersebut diharapkan bisa menjadi daya tarik baru, terutama menjelang musim liburan sekolah.
Direktur Semarang Zoo, Bimo Wahyu Widodo, mengungkapkan bahwa penambahan ini merupakan hasil kerja sama dengan Taman Margasatwa Ragunan sebagai bagian dari komitmen konservasi satwa yang dilindungi.
“Sitatunga kami dapatkan sepasang, sementara kapibara ada satu jantan dan tiga betina. Ini pertama kalinya Semarang Zoo memiliki kedua jenis satwa tersebut,” jelas Bimo, Jumat (6/6/2025).
Ia menambahkan bahwa kerja sama dengan lembaga konservasi terus diperluas secara bertahap. Ke depan, burung pelikan dan orang utan betina juga akan didatangkan, meski masih dalam proses administrasi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Karena status satwanya dilindungi, proses perizinannya lebih kompleks. Kami berharap bisa segera terealisasi, termasuk pertukaran orang utan dengan Ragunan,” lanjutnya.
Saat ini, Semarang Zoo memiliki tiga orang utan jantan. Rencananya, satu jantan akan dikirim ke Ragunan, sementara betina akan didatangkan ke Semarang Zoo untuk tujuan pengembangbiakan.
Selain satwa langka, kebun binatang yang berlokasi di kawasan Tinjomoyo ini juga menambah 10 ekor domba sebagai bagian dari program interaktif edukatif, seperti feeding (memberi makan) dan petting (interaksi langsung) untuk anak-anak.
Jenis domba yang didatangkan antara lain betina Texel, jantan dan betina Dorper, serta jantan Suffolk. Menurut Bimo, domba termasuk hewan yang aman untuk kegiatan edukatif dan disukai oleh anak-anak.
“Domba ini bukan satwa dilindungi, jadi lebih fleksibel. Anak-anak bisa belajar secara langsung dan lebih dekat dengan hewan ternak,” imbuhnya.
Manajer Konservasi Semarang Zoo, drh Hedwigius Nico Setiawan, mengungkapkan bahwa pihaknya telah mempersiapkan segala aspek sebelum menerima satwa baru, mulai dari desain kandang, pola makan, hingga penyesuaian lingkungan.
Kapibara, sebagai hewan pengerat terbesar di dunia, dikenal memiliki perilaku hidup berkoloni, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pengembangbiakannya.
“Kapibara ini unik, karena selain memamah, mereka juga sosial. Jadi kita perlu strategi khusus agar bisa berkembang biak dengan baik di lingkungan yang baru,” jelasnya.
Dengan tambahan satwa baru ini, Semarang Zoo berharap dapat meningkatkan kunjungan wisatawan, terutama saat liburan sekolah, sekaligus memberikan edukasi yang menyenangkan kepada anak-anak dan keluarga.**