Oleh: Tom Pasaribu S.H, M.H.
(Direktur Eksekutif KP3-I)
PEMBERIAN gelar Pahlawan kepada Soeharto yang mendapat penolakan dari elit politik dan aktifis 98 sepertinya kurang tepat dan tidak memiliki prinsip yang stabil, serta emosi yang berlebihan.
Soeharto adalah pejuang kemerdekaan dan banyak sumbangsihnya terhadap pembangunan Indonesia. Apakah karya dan jasanya harus dilupakan?
Kalau kasus pelanggaran HAM apa beda Soeharto, Prabowo dan Joko Widodo?
Prabowo juga pelanggar HAM sesuai dengan keputusan Dewan Jendral, Prabowo, dan Tim Mawarnya dinyatakan bersalah atas penculikan aktifis 98, bahkan yang hilang sampai saat ini tidak tau dimana rimbanya. Kenapa aktivis 98 masuk partai Prabowo dan 80% aktifis 98 mendukung Prabowo Presiden? Bahkan Tim Mawar yang terlibat penculikan aktifis 98 juga sudah mendapat posisi strategis di pemerintahan Prabowo.
Sementara rezim Joko Widodo yang menggusur rakyat Pulau Rempang yang sudah ada dipulau tersebut sebelum Indonesia Merdeka apa tidak Pelanggaran HAM? Kemudian memenjarakan Gus Nur dan Bambang Tri, kasus ijazah palsu, tanpa menunjukkan bukti ijazah asli apakah bukan pelanggaran HAM?
Pembunuhan Josua Hutabarat, apakah bukan Pelanggaran HAM.
Kenapa hal tersebut diabaikan oleh aktivis 98 dan kelompok yang menolak Soeharto mendapat gelar Pahlawan?
Kalau mau adil turunkan Prabowo dan Gibran dari Presiden dan Wakil Presiden.
Kok yang masih hidup tidak diprotes, malah disanjung dan dipuji, giliran orang yang sudah mati diributkan.
Bukankah Soeharto sudah menolak diusung menjadi Presiden Tahun 1997? Tetapi elit Partai Golkar saat itu memaksa agar Soeharto tetap mau diusung calon Presiden.
Seandainya kalau saat itu Soeharto lebih mementingkan kekuasaan seperti Joko Widodo, kira-kira apa yang terjadi? Mungkinkah ada Reformasi?
Toh semua kekuatan dimiliki Soeharto, apakah pernah kita berpikir kalau Soeharto dijebak dan dikhianati?
Bila kita amati permintaannya lengser ke prabon?
Pandangan saya, sebagai pahlawan kemerdekaan, Soeharto layak mendapatkan gelar Pahlawan serta sumbangsih pemikiran, gagasan dalam pembangunan, sehingga beliau mendapat gelar Bapak Pembangunan.
Sementara Bapak Pembohong dan Hoaks kalian sanjung-sanjung.
Saya siap adu argumen dengan siapapun atas pandangan dan pemikiran saya ini.
Dan perlu saya tegaskan saya tidak memiliki hubungan dengan Soeharto, bertemu dengan keturunannyapun saya juga tidak pernah.
Jakarta, 28 Mei 2025