Saat berbincang dengan Steven G. Tunas, ada satu hal yang langsung terasa: kesederhanaan yang jujur. Tidak banyak jargon rumit, tidak ada pamer angka fantastis. Yang ada hanyalah kisah puluhan tahun di dunia pasar finansial yang dipenuhi jatuh bangun, keputusan besar, dan panggilan hati untuk berbagi.
Siapa sangka, pria yang dulu lulus dari jurusan Perikanan dan Kelautan di IPB ini akan menjadi fund manager untuk ABC Group dan salah satu mentor scalping trading di Indonesia.
Dari Laut ke Lantai Bursa
Perjalanan Steven dimulai ketika ia mengikuti kelas pasar modal di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Berjangka. Dari sanalah ia melangkah pertama kali menjadi junior analis, lalu wakil perantara pedagang efek.
“Waktu itu saya disuruh nulis analisa market, sambil belajar terjemahkan dari bahasa Inggris. Itu yang pertama kali membuka mata saya soal dunia trading,” kenangnya.
Ia kemudian naik menjadi manajer di perusahaan pialang berjangka. Di sana, ia menyaksikan langsung bagaimana nasabah bertransaksi: dari investor long-term sampai scalper harian. Ia juga menangani sisi operasional, komplain nasabah, compliance, sampai dealing room.
Ditawari Jadi Fund Manager Karena Pelayanan
Tahun 2009 jadi titik penting. Salah satu nasabah besarnya yang juga pemilik ABC Group meminta Steven mengelola dana investasinya. Bukan karena janji untung, tapi karena pelayanan yang tulus dan konsisten yang Steven berikan di sekuritas sebelumnya.
Selama 16 tahun terakhir, Steven mengelola dana perusahaan untuk investasi saham, obligasi, emas, dan mata uang. Di sela itu, ia juga rutin diminta untuk berbagi ilmu dari keluarga pemilik perusahaan, kenalan nasabah, hingga teman-teman komunitas. Apalagi sejak pandemi COVID-19, permintaan untuk belajar trading melonjak drastis.
Jago Scalping: Bukan Kelas, Tapi Komunitas
Steven akhirnya mendirikan Jago Scalping, bukan sekadar sebagai pelatihan, tapi komunitas trader pemula untuk belajar cara profit harian dengan risiko minimal. Ia menyadari, tantangan terbesar bukan soal teknikal, tapi soal mentalitas:
“Banyak orang ingin cepat kaya. Modal kecil, untung besar. Tapi tidak siap belajar. Tidak siap rugi.”
Menurutnya, literasi keuangan jadi PR besar. Banyak trader pemula masuk tanpa pemahaman dasar, hanya ikut-ikutan. Padahal, menjadi trader bukan hanya soal beli-jual, tapi seperti menjadi pilot atau dokter spesialis; butuh jam terbang dan tanggung jawab.
Dari Tragedi 9/11 Sampai COVID-19: Pelajaran Terbesar
Pengalaman Steven tidak hanya dari buku. Ia merasakan langsung hancurnya pasar saat tragedi 9/11 tahun 2001. Ia baru saja memberi rekomendasi transaksi saham nikel dan seng, tapi sehari kemudian… semua nasabahnya margin call. Rugi total.
Tahun 2008 ia kembali dihantam krisis global membuat sektor saham rontok. Tahun 2020? COVID-19 membuat harga minyak anjlok dan saham kembali babak belur.
“Titik terendah saya selalu datang dari posisi menginap. Karena itu saya simpulkan: scalping adalah strategi paling aman.”
Scalping artinya tidak menyimpan posisi lewat malam. Tidak ada risiko gap down saat tidur. Tidak ada kejutan saat tanggal merah. Dan yang terpenting, profit bisa diraih tiap hari.
Bukan Cuma Analisis, Tapi Sistem Bertahan
Di Jago Scalping, Steven tidak hanya mengajarkan cara analisis. Ia mengajarkan risk management yang nyata: apa yang harus dilakukan saat rugi? Bagaimana cara mencegah MC (margin call)?
“Orang bisa dapat untung. Tapi saat rugi, mereka bingung. Di situlah pentingnya risk management,” ujarnya.
Dengan dua hal saja: risk management dan money management, MC bisa dihindari. Jika ditambah dengan analisis yang tajam, potensi profit makin besar.
Steven menyusun kurikulum Jago Scalping berdasarkan pengalaman 20 tahun lebih. Mulai dari:
Fundamental Market Analysis
Sentiment Analysis
Technical Analysis
Dan setelah kelas, mentoring diberikan seumur hidup lewat grup komunitas. Dari anak SMA, ibu rumah tangga, hingga PNS, semua bisa belajar.
Visi: Trading Sebagai Sarana Edukasi Nasional
Steven tidak ingin trading hanya jadi alat cuan. Ia ingin menjadikannya jalan edukasi, agar generasi muda Indonesia tidak lagi terjebak investasi bodong atau broker ilegal.
“Trading bisa jadi bisnis. Tapi juga bisa jadi ruang edukasi. Kalau kita tidak belajar, uang kita akan terus disedot ke luar negeri lewat broker ilegal dan judi online.”
Lewat Jago Scalping, Steven berharap:
Setiap member bisa profit konsisten.
Komunitasnya jadi tempat tumbuh, bukan hanya cari untung.
Masyarakat Indonesia makin melek investasi.
Trading bukan tentang menang terus. Tapi tentang bertahan saat kalah. Dan dari situ, Steven percaya: yang paling penting bukan analisis teknikal paling canggih, tapi kemauan belajar, ketekunan, dan keberanian untuk mengelola risiko.
Karena pada akhirnya, seperti Steven bilang:
“Profit itu hasil. Tapi mental, itu fondasi. Tanpa fondasi yang kuat, semua hasil akan runtuh saat badai pertama datang.”
Artikel ini juga tayang di VRITIMES