Kronologi, Jakarta – Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, kembali melorot menjelang Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 27 Mei 2025 mendatang. Pada Sabtu (24/5), saham Telkom anjlok ke level Rp2.690 yang sebelumnya sempat menyentuh Rp2.740 pada Selasa (20/5). Angka Rp2. 690 itu seperti ingin kembali ke level semula beberapa pekan lalu yang cukup lama bertengger di level Rp2. 600.
Menurut Manager Riset dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Badiul Hadi, banyak faktor penyebab penurunan harga saham Telkom. Bisa jadi dari laporan kuartal I tahun 2025 yang menunjukkan Telkom belum mampu meyakinkan pasar akan prospek pertumbuhan yang kuat.
“Terutama di tengah tekanan kompetisi dan tantangan inovasi digital,” kata Badi kepada wartawan, Minggu (25/5/2025).
Badi memaparkan, jika tidak cermat memperhatikan laporan kuartal 1- 2025, tampak seperti sehat-sehat saja kinerja keuangan Telkom, dibanding periode yang sama tahun 2024.
Pada kuartal 1-2025, Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun, EBITDA Rp18,2 triliun dengan margin 49,8%. Telkom juga mencatat laba bersih sebesar Rp5,8 triliun (margin 15,9%)
Sedangkan kuartal I- 2024, Telkom membukukan pendapatan konsolidasi Rp37,4 triliun, EBITDA tercatat Rp19,4 triliun dengan margin kisaran 51,9%. Kemudian, laba bersih operasi perseroan sebesar Rp6,3 triliun (margin 16,9%). Jika dilihat kecenderungan kuartal I-2025, menurun, dari sisi pendapatan turun 2,1%, EBITDA turun 6,1% dan Labar Bersih turun 4%,” ungkapnya.
Faktor lainnya, sambung Badi, kemungkinan persepsi publik dan pasar juga semakin negatif seiring dengan mencuatnya kasus-kasus hukum yang diduga melibatkan sejumlah pihak di lingkungan Telkom Group. Dalam konteks ini, RUPST bisa menjadi titik krusial untuk melakukan penyegaran total jajaran manajemen.
Karena, dengan nilai aset Telkom mencapai Rp299,54 triliun per kuartal I tahun 2025, tegas Badi, memiliki manajemen yang bersih, profesional, dan visioner menjadi keniscayaan.
“Kinerja PT Telkom saat ini juga tidak bisa lepas dari performa para pimpinan/direksi. Sehingga dalam konteks ini, RUPST bisa menjadi titik krusial untuk melakukan penyegaran total jajaran manajemen, bukan semata demi respons pasar, tetap juga pemulihan institusional jangka panjang,” paparnya.
Dia menilai, penyegaran direksi memang tidak otomatis menyelesaikan persoalan mendasar, tetapi menjadi langkah awal yang sangat diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan publik dan pasar.
“Telkom bukan sekedar alat negara, tetapi melainkan entitas bisnis strategis yang mengelola infrastruktur digital nasional. Profesionalisme, integritas, dan kompetensi dalam bisnis digital harus menjadi tolok ukur utama,” tukasnya.
Penulis: Nando