Kronologi, Jakarta – Manajer Riset Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas Fitra) Badiul Hadi menilai, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, pada 27 Mei 2025 mendatang, perlu dijadikan momentum oleh para pemegang saham, untuk melakukan penyegaran direksi secara menyeluruh. Sebab, tren pendapatan Telkom yang terus menurun, jangan dibiarkan berlanjut.
“RUPTS ini akan menjadi pertaruhan bagi Telkom, apakah akan ada perubahan yg sangat berarti dan signifikan baik itu terkait struk (penyegaran) kepemimpinan, arah bisnis, transformasi digital yang lebih progresif,” kata Badi kepada wartawan, Selasa (13/5/2025).
Menurut Badi, kinerja keuangan kuartal I-2025 PT Telkom secara kasat mata tampak impresif. Dimana, pendapatan konsolidasi mencapai Rp36,6 triliun, EBITDA sebesar Rp18,2 triliun dengan margin 49,8%, dan laba bersih Rp5,8 triliun (margin 15,9%).
Sedangan laporan keuangan kuartal I- 2024, Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp37,4 triliun, EBITDA tercatat Rp19,4 triliun (margin kisaran 51,9%), dan laba bersih operasi Rp6,3 triliun (margin 16,9%)
“Jika dibandingkan dengan periode yg sama pada tahun sebelumnya (2024) laporan keuangan Telkom, kecenderungannya justru menurun. Dari sisi pendapatan turun 2,1%, EBITDA turun 6,1% dan labar bersih turun 4%,” ucapnya.
Kemudian, dia memaparkan laporan keuangan Telkom pada kuartal pertama 2023, yang membukukan pendapatan konsolidasi Rp36,09 triliun, EBITDA sebesar Rp18,9 triliun, dengan laba bersih Rp6,42 triliun.
“Jika pertumbuhan cenderung menurun, maka ini berdampak pada kepercayaan dan kekhawatiran pasar,” ucapnya.
Badi mengingatkan, jika pemegang saham, dalam hal ini Kementerian BUMN, membiarkan kondisi tren penurun terus berlanjut, maka akan mempengaruhi sentimen negatif dari pasar.
Sebab, terkesan tidak ada prospek pertumbuhan di Telkom. Dan tak kalah penting, investor melihat ada ketidakpastian terkait arah bisnis dan kepemimpinan perseroan.
“Perlu evaluasi yang komprehensif, termasuk evaluasi ulang terhadap bisnis inti dan anak perusahaan. Termasuk optimalisasi portofolio digital seperti Telkomsel, IndiHome, dan layanan enterprise,” tukasnya.
Penulis: Tio