Kronologi, Jakarta- PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dijadwalkan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 27 Mei 2025. Dalam salah satu agenda RUPST tersebut, perusahaan pelat merah itu dikabarkan akan melakukan perubahan struktur jajaran direksi dan komisaris.
Dari sejumlah nama yang beredar di ruang publik dan digadang-gadang sebagai calon kuat Direktur Utama (Dirut) PT Telkom tiga di antaranya merupakan alumni atau jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Yaitu Ririek Adriansyah pria lulusan Teknik Elektro ITB tahun 1989, Honesti Basyir lulusan Teknik Industri ITB tahun 1992, dan Heri Supriadi pria lulusan Teknik Industri ITB tahun 1991.
Ririek Adriansyah pria kelahiran Yogyakarta pada 1963 ini, memulai karir di Telkom sejak dia lulus dari ITB. Berbagai posisi strategis pernah ia duduki di Telkom Group, mulai dari posisi sebagai direksi selama 3 tahun, Dirut Telkomsel selama 5 tahun dan sebagai Dirut Telkom selama 6 tahun hingga saat ini. Jika, dihitung setidaknya Ririek Adriansyah sudah 14 tahun berkiprah di jajaran direksi Telkom group. Dan jika dihitung sejak ia lulus dari ITB hingga sekarang, kiprah Ririek Adriansyah sudah lebih dari 14 tahun.
Adapun pesaing satu almamaternya yaitu Honesti Basyir memulai menapakan karir di Telkom Group sejak tahun 1993-an, dengan malang melintang diberbagai jabatan yang pernah ia emban. Seperti, Direktur Keuangan Telkom (2012-2014), Vice President Strategic Business Development Direktorat IT Solution and Strategic Portfolio Telkom (2012), Vice President Strategic Business Development, Strategic Investment & Corporate Planning Telkom (2010 – 2012), Project Controller-1 Project Management Office Telkom (2009 – 2010), Assistant Vice President Business & Finance AnalysisTelkom (2006 – 2009).
Tahun 2012 menjabat CEO Telkom Group hingga 2014. Berlanjut, menduduki posisi President Commisioner of Metra, Chief Marketing Officer (CMO) Wholesale and International Business TLKM Group pada 2014-2017.
Di waktu hampir bersamaan, Honesti juga menjabat President Commissioner of TELIN pada 2015–2017 dan President Commissioner of Metra pada 2016 – 2017.
Kemudian pada 2017-2019, Honesti di BUMN berbeda, yaitu sebagai CEO of PT Kimia Farma Tbk, lalu 2019-2023 ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Bio Farma (Persero). Dari 2023-sekarang Ones dipilih sebagai Direktur Group Business Development Telkom. Total keseluruhan sejak menginjakkan kaki merintis, Ones sudah membersamai Telkom puluhan tahun
Adapun alumnus ITB lainnya yang juga disebut-sebut sebagai calon kuat Dirut Telkom yaitu Heri Supriadi. Pria kelahiran
Muara Aman, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, 2 Januari 1965, ini menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Telkom yang diangkat pada RUPS 2020 hingga sekarang. Sosok Heri bukan orang baru, ia pernah menjabat sebagai Corporate Secretary & VP-Investor Relations di PT Telkom dari tahun 2009- 2010, Direktur Utama PT Graha Sarana Duta (anak usaha Telkom) periode 2010 – 2012. Kemudian, direktur keuangan Telkomsel (anak usaha Telkom) sejak 2012. Jika dihitung karir Heri Supriadi hingga sekarang tahun 2025 di Telkom kurang lebih sudah 16 Tahun.
Menanggapi hal itu, Direktur Rumah Politik dan Kebijakan Publik Indonesia Fernando Emasp menilai, jika dilihat dari kiprah para kandidat kuat calon Dirut Telkom tersebut yang semuanya berasal dari almamater yang sama, berpotensi Telkom sulit mengalami perubahan yang signifikan.
“Sebuah perusahaan jika kebanyakan diisi dari almamater yang sama itu dikhawatirkan pola kepemimpinan yang akan digunakan terhadap sebuah perusahaan tidak efektif, karena satu sama lain saling mengenal. Ketiganya rata-rata berkiprah sudah lumayan lama itu dan kita tahu selama ini bagaimana Telkom dirundung banyak masalah, mulai dari soal hukum, bisnis, infrastruktur, saham dan seabrek persoalan lainnya yang tak diketahui publik,” kata Fernando dalam keterangannya, Selasas (13/5/2025) .
Padahal, dia menegaskan, dalam sebuah perusahaan itu dibutuhkan keragaman latar belakang (pendidikan) agar tercipta dialektika, bukan budaya saling tidak enakan.
“Ini jelas tidak sehat karena dikhawatirkan kalau semisal terjadi moral hazard dalam sebuah perusahaan termasuk Telkom yang dilakukan oleh salah satu, dua, tiga dan seterusnya pilihannya mereka akan saling melindungi, menutupi atau bungkam. Budaya semacam itulah yang harus kita putus mata rantainya karena jika tidak itu akan berdampak serius terhadap gerak langkah sebuah perusahaan dalam hal ini Telkom,” tandasnya.
Fernando meyakini, selain ITB, kampus- kampus ternama lainnya di Indonesia, juga memiliki segudang talenta-talenta visioner untuk memimpin Telkom ke depan.
“Saatnya Telkom dinahkodai sosok yang progresif, berintegritas, visioner dan belum terkontaminasi oleh macam-macam kepentingan, baik kepentingan bisnis maupun politik. Telkom sebagai lokomotif industri telekomunikasi tanah air dan kebanggaan rakyat harus bersih dari elemen-elemen yang hanya berburu kepentingan pragmatis,” tegasnya.
Fernando juga mengatakan, jabatan Dirut Telkom sangat strategis di era teknologi serba canggih saat ini.
Oleh karenanya, lanjut dia, diperlukan struktur kepemimpinan yang penuh gairah dan energi baru.
“Penyegaran saya kira adalah opsi atau pilihan yang paling realistis dan relevan untuk dilakukan. Tanpanya, Telkom hanya akan berkutat atau berputar-putar dalam labirin gelap,” tuntasnya.
Penulis: Tio