Kronologi, Jakarta — Warga mengeluhkan bau tak sedap imbas pengujian Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara. Bahkan, selain baunya mengganggu, warga belakangan juga mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) hingga radang selaput mata.
Ketua RT Perumahan JGC Klaster Shinano, RT 18 RW 14, Rorotan, Wahyu Andre Maryono mengatakan dampak bau seolah sudah menjadi makanan sehari-hari bagi warga sekitar RDF Rorotan. Bahkan, kata dia, saat berada di dalam rumah pun bau tak sedap masih tercium.
Wahyu menyebut dampak bau dari RDF Rorotan bukan hal yang paling dikhawatirkan oleh warga. Namun, penyakit yang menyerang anak-anak mereka lah yang saat ini sangat mengkhawatirkan.
Menindaklanjuti keluhan tersebut, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meminta Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto segera mengatasi persoalan yang dikeluhkan warga. Hal ini disampaikan Pramono usai melakukan audiensi dengan warga pada Kamis (20/3/2025).
Pramono mengatakan, bahwa teknologi yang digunakan dalam proses pencacahan, pemilahan dan pengeringan yang ada di fasilitas RDF Plant Rorotan itu menggunakan mesin yang didatangkan dari Eropa.
Lebih lanjut, ia menerangkan, adapun penyebab bau tidak sedap yang tercium oleh warga sekitar RDF Plant Rorotan itu disebabkan oleh proses commissioning atau uji coba guna mencari pola operasi yang optimal saat digunakan, yang menggunakan sampah lama.
Padahal, teknologi RDF Plant didesain untuk mengolah sampah baru, sehingga menimbulkan bau yang dirasakan warga sekitar.
“Saya menginstruksikan kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta untuk segera melakukan perbaikan. Selain itu, setelah melakukan dialog dengan warga, kita sepakat pada radius 4-5 Km dari RDF Plant Rorotan akan dipasang alat pemantau kualitas udara. Sehingga kita bisa membandingkan kualitas udara imbas dampak dari RDF ini atau kualitas udara yang memang karena asap mobil, motor, dan sebagainya,” ujar Pram.
Pemprov DKI Jakarta pun akan bertanggung jawab dengan menanggung biaya pengobatan warga yang terdampak akibat commissioning di fasilitas RDF Plant Jakarta, baik itu anak-anak hingga orang dewasa.
Menindaklanjuti arahan Gubernur DKI Jakarta, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan pihaknya akan mengosongkan sampah lama di dalam bunker yang tersisa 800 ton lagi dalam waktu singkat 3-5 hari ke depan.
Setelahnya, pada saat commissioning awal akan dilakukan tanpa sampah terlebih dahulu, untuk memastikan bahwa semua mesin, proses, bahkan cerobong sudah berfungsi dengan baik, ketika sudah menemukan pola operasi yang optimal mulai memasukan sampah baru secara berkala.
“Sesuai arahan Pak Gubernur, kami akan memastikan sistem deodorizer pada timbunan sampah di bunker telah beroperasi optimal sepanjang waktu, termasuk melakukan pengujian kualitas gas buang pada cerobong dan deodorizer, sehingga kualitas gas buang memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku,” ungkapnya.
Terkait mobilisasi truk, DLH DKI Jakarta memastikan truk compactor pengangkut sampah telah dicuci sebelum meninggalkan RDF Plant Rorotan, melakukan pembersihan jalan di area RDF Plant dan jalan Inspeksi BKT secara berkala dengan road sweeper guna meminimalisir bau dari air lindi yang menetes.
“Demi menjaga kualitas udara, kami sudah memasang Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) di dalam area RDF Plant dan di komplek Jakarta Garden City (JGC) beroperasi untuk memantau kualitas udara ambien secara real time dan transparan,” tambahnya.
DLH DKI Jakarta berkomitmen melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan, pemenuhan baku mutu lingkungan, serta pengendalian bau dan asap secara optimal sebelum peresmian RDF Plant Rorotan.
Editor: Fian