Kronologi, Jakarta – Komunitas Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (KPMI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Tantangan Pengelolaan Air Minum Jakarta: Masalah dan Solusinya” di The Tavia Heritage, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (18/3/2025).
Acara ini mengundang sejumlah narasumber ahli untuk mendiskusikan berbagai isu terkait penyediaan air minum di ibu kota.
Dalam FGD tersebut, hadir sejumlah narasumber, antara lain, Direktur Perumda PAM Jaya, Arief Nasrudin; Ketua Indonesia Water Institute (IWI), Firdaus Ali; Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi; serta pemerhati Jakarta, Sugiyanto (SGY) dan Amir Hamzah.
Selain itu, diskusi ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh dari organisasi non-pemerintah (NGO), seperti Ketua Koalisi Jakarta untuk Keadilan, Marlo Sitompul; Direktur Eksekutif Indonesian for Transparency and Accountability (Infra), Agus A. Chairuddin; serta sejumlah aktivis dan pemerhati isu perkotaan.
Dalam sambutannya, Direktur Perumda PAM Jaya, Arief Nasrudin, memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan FGD ini. Ia menyatakan pentingnya forum tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan progres target layanan air minum 100 persen pada tahun 2030 dan menerima masukan konstruktif dari berbagai pihak.
“Hari ini saya diundang oleh teman-teman NGO dan aktivis. Saya kira forum ini juga menjadi penting bagi kami untuk menyampaikan progres target cakupan layanan 100 persen di tahun 2030 serta menerima masukan konstruktif,” kata Arief.
Arief menambahkan bahwa Perumda PAM Jaya sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki pelayanan. Ia juga mengingatkan pentingnya peran NGO untuk menyosialisasikan penggunaan air bersih melalui jaringan perpipaan, mengingat penggunaan air tanah yang berlebihan dapat menyebabkan masalah lingkungan, seperti penurunan tanah dan potensi masalah kesehatan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif KPMI, Andi Wijaya atau akrab disapa Adjie Rimbawan menuturkan, FGD ini salah satunya diadakan rangka memperingati Hari Air Sedunia.
“Ketersediaan air bersih dan sanitasi sangat berkaitan dengan pola hidup masyarakat. Kesehatan, kualitas hidup, dan produktivitas kerja dipengaruhi oleh faktor ini,” ucapnya.
Ia menambahkan, kurangnya infrastruktur air bersih/minum yang baik, terutama di daerah pinggiran kota dan pedesaan dapat berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Selain itu, juga bisa memengaruhi ekonomi masyarakat.
“Melalui FGD ini kita ingin mengevaluasi masalah-masalah ini dan mencari solusi yang tepat sebagai masukan dan kritik membangun untuk PAM Jaya,” ujarnya.
Ketua Indonesia Water Institute (IWI), Firdaus Ali, mengatakan bahwa air adalah hal yang menyangkut hajat hidup kita bersama. Tidak saja makhluk hidup, tapi makhluk tidak hidup juga membutuhkan air. Untuk itu, air merupakan hal yang melekat dengan kehidupan manusia.
“Ketika kita bicara air kita bicara tentang diri kita, komunitas kita, kota kita dan juga negeri ini. Kita sedang ada dalam titik krisis iklim dan air. Kelebihan yang tidak bisa kita kelola akhirnya jadi bencana dan kekurangan yang sepanjang waktu yang tidak bisa kita penuhi itu adalah air. Terutama ketika bicara di Jakarta ketersediaan air bersih menjadi krusial,” ungkap Firdaus Ali dalam diskusi.
Firdaus Aku yang rencananya akan dilantik sebagai kordinator staf khusus gubernur ini menambahkan, dirinya orang pertama sejak 2008 yang mengatakan Jakarta akan tenggelam. Pasalnya, tidak ada kota di dunia dengan laju turun muka tanah tertinggi kecuali Jakarta.
“Karena laju turun permukaan tanahnya cepat sekali, air laut pelan-pelan 5-6 milimeter per tahun naik. Saya bahkan pernah membuat karikatur pada 2045 pinggir laut Jakarta itu akan ada di Monas. Saking saya gemesnya. Tujuan saya bukan menakut-nakuti tapi kemungkinan itu bisa terjadi,” tegas Ali.
Untuk itu jelas Firdaus, berharap kehadiran PAM Jaya dalam memenuhi kebutuhan air bersih warga Jakarta suatu langkah yang tepat.
“Makanya saya senang PAM Jaya ini bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan seluruh Jakarta. Jadi sebetulnya boleh mengambil air tanah dalam tapi diisikan kembali. Di banyak negara juga aturannya seperti itu. Tapi di Jakarta tidak,” ujarnya.
Pada bagian lain Pemerhati Jakarta, Sugiyanto menyebut PAM Jaya harus menemukan solusi untuk pengolahan air minum di Jakarta.
Menurut pria yang akrab disapa SGY ini, PAM Jaya harus melakukan perlindungan sumber air dan pengolahan limbah serta memperketat regulasi terhadap pencemaran.
“PAM Jaya harus memperketat regulasi terhadap pencemaran air dan memperkuat konservasi di hulu sungai. Selain itu peningkatan efisiensi sistem pengolahan air limbah dan penegakan regulasi terkait pengolahan limbah,” terang SGY.
Ia juga mengingatkan PAM Jaya harus tegas terhadap penggunaan air tanah. Menurutnya pengambilan air tanah secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan permukaan tanah.
“PAM Jaya harus tegas, beri sanksi kepada pihak yang tidak patuh. Banyak gedung yang masih menggunakan air tanah. Paksa mereka supaya memakai air PAM, jangan hanya warga saja yang dilarang,” pungkasnya.
Editor: Fian