Kronologi, Gorontalo – Terjadinya banjir di Provinsi Gorontalo, tak hanya meninggalkan trauma bagi masyarakat. Namun, timbul juga masalah baru yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat yakni bakteri leptospirosis.
Dari informasi yang dihimpun wartawan kronologi.id, sejak Juli kemarin hingga (12/8), masyarakat yang terpapar bakteri leptospirosis berada di Kabupaten Gorontalo 21 orang, Bone Bolango 2 orang, dan yang terbanyak yakni Kota Gorontalo 31 orang, dengan jumlah total 53 orang.
Saat diwawancarai, Lastri Qodriany, PJ Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan wabah, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, mengatakan, bakteri leptospirosis merupakan bakteri yang berasal dari urine hewan.
“Di Gorontalo baru kali ini kami mendeteksi adanya bakteri leptospirosis, dan memang bakteri ini dipengaruhi oleh banjir. Leptospirosis ini tidak berbahaya yang bisa tertular seperti covid. Namun karena ini sumbernya adalah hewan, dan manifestasinya sangat cepat dan akan berdampak pada gangguan ginjal, hati, dan kematian,” Kata Lastri.
Dalam bakteri ini memiliki dua kategori yakni klinis ringan anikterik dan ikterik. Kata Lastri, jika ikterik itu 30 sampai 90 persen akan menimbulkan kematian, karena ikterik bisa terkena hingga di organ hati dan ginjal yang mebahayakan kesehatan.
Penyebaran bakteri ini lanjut Lastri, bisa melalui luka yang dengan cepatnya akan masuk melalui pori-pori kulit manusia.
“Bakteri ini dari kencing tikus, ketika kulit kita terkontak langsung, itu bisa langsung melalui pori-pori dan masuk ke dalam organ tubuh kita. Juga ada perantara tidak langsung yakni tempat makan yang kita tidak cuci bersih atau misalnya makanan yang kita taru dan tidak ditutup dan ketika tikus melewati itu, maka kita berpotensi terkena bakteri Leptospirosis,” tambahnya.
Masa inkubasi bakteri ini dimulai dari 14 hingga 30 hari sejak terpapar bakteri leptospirosis. Katanya, gejala leptospirosis meliputi sakit perut, nyeri sendi, dan pusing.
“Gejalanya ini mirip-mirip dengan DBD, namun yang menjadi penentu kalau terpapar leptospirosis adalah riwayat aktivitas misalnya ia korban banjir, bantu-bantu pembersihan pasca banjir, atau yang bersih-bersih di saluran air,” ujarnya.
Dari jumlah total masyarakat yang terpapar bakteri ini, sudah empat orang meninggal dunia. Pasien dengan kategori ringan diberikan terapi dan antibiotik sedangkan yang lainnya dilakukan perawatan.
“Kita belum sampai merekap yang sembuh berapa. Kita masih pada tahap menerima laporan-laporan saja,” pungkasnya.
Penulis: Audy Anastasya.