Kronologi, Jakarta – Nama Ridwan Kamil (RK) untuk maju di Pilkada Jakarta 2024 mendadak mendominasi perbincangan publik beberapa hari terakhir. Sebaliknya, Anies Baswedan yang sebelumnya digadang-gadang Cagub DKI paling kuat, malah mukai redup dan nasibnya tak kunjung jelas.
Ini setelah Ketum Golkar Airlangga Hartarto secara mengejutkan memilih mendukung mantan kadernya yang kini menjadi kader Gerindra Dedi Mulyadi di Pilgub Jawa Barat (Jabar) 2024.
Golkar yang tergabung dalam gerbong partai penguasa, Koalisi Indonesia Maju (KIM) disebut sedang ‘menskanariokan’ RK sebagai calon tinggal untuk melawan kotak kosong dalam pesta demokrasi lokal Jakarta November 2024 mendatang.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, situasi politik ini tak lepas dari rivalitas Pilpres 2024, di mana kubu Jokowi dan Prabowo Subianto masih terbawa ke Pilkada Jakarta.
Dedi pun melihat, ada tangan-tangan kekuasaan yang berkeinginan supaya Jakarta tak jatuh ke tangan Anies.
“Karena satu-satunya orang pesaing ketatnya di Jakarta adalah Anies Baswedan. Rivalitas masih muncul. Tentu Jokowi juga saya kira menginstruksikan agar Jakarta tidak sampai lepas dari kelompok-kelompok pemenang Pilpres. Itulah sebabnya kemudian apapun yang terjadi Jakarta harus dikuasai oleh KIM,” kata Dedi, Selasa (6/8/2024).
Karenanya, Dedi mengatakan salah satu cara melawan Anies adalah memborong semua tiket partai politik. Sehingga, praktis hanya KIM plus yang nantinya bisa mengusung kandidat.
“Meniadakan Anies Baswedan dari kontestasi dengan ‘memborong’atau membeli semua partai politik,” ujarnya.
Menurutnya, indikasi lain dari intervensi kekuasaan adalah sikap Golkar yang mendadak berubah rela menarik RK dari habitatnya di Jawa Barat.
Dedi melihat Golkar dalam situasi tertekan sehingga mau tidak mau harus mengikuti kebutuhan mitra penguasa, bukan kebutuhan Golkar.
Sebab, menurut Dedi, jika ingin realistis, Golkar idealnya mendorong RK tetap maju di Pilkada Jawa Barat ketimbang Jakarta. Sebab, peluang besarnya lebih unggul ketimbang di Jakarta jika di saat bersamaan Anies maju Pilkada.
Di sisi lain, jika RK ke Jabar praktis tak ada tokoh dari KIM yang punya elektabilitas kuat untuk menantang Anies. Hal ini bisa jadi salah satu pemicu RK terus didorong maju ke Jakarta.
“Tekanan yang datang ke Golkar saya kira tidak ringan. Yang menjadi masalah adalah di KIM tidak ada tokoh. Ahmad Riza Patria yang seharusnya punya elektabilitas yang bagus, hanya tinggal menunggu konsolidasi di tingkatan koalisi faktanya justru degradasi Di Tangsel. Kemudian tokoh-tokoh seperti Rahayu Saraswati juga tidak terbukti mampu untuk lebih unggul bahkan dari Riza Patria,” urai Dedi.
“Ini yang membuat kemudian ada semacam Koalisi Indonesia Maju ini frustasi untuk menentukan siapa yang akan menghadapi Anies Baswedan,” pungkasnya.
Editor: Fian