Kronologi, Jakarta – Wacana menduetkan Anies Baswedan dan Prasetyo Edi Marsudi di Pilkada DKI dinilai bisa menjadi pasangan cagub-cawagub yang akan sulit dilawan.
Bahkan, Pengamat politik dari Universitas Nasional, Selamat Ginting menilai, jika duet ini terwujud besar kemungkinan menang satu putaran.
Ginting menyebut, keduanya sama-sama memiliki pengalaman memimpin lembaga di pemerintahan Jakarta, Anies di eksekutif sebagai mantan Gubernur DKI. Sedangkan Prasetyo alias Pras di legislatif sebagai Ketua DPRD DKI dua periode.
“Ini akan jadi pasangan calon yang seksi, karena dia (Pras) kan sudah 2 periode memimpin DPRD DKI,” kata Ginting di Jakarta, Minggu (26/5/2024).
“Menurut saya ini sebuah terobosan yang cantik kalau Anies bisa diduetkan dengan kader PDIP,” katanya.
Lebih jauh, menurut Ginting, duet Anies-Pras juga akan menyatukan PKS dan PDIP sebagai dua kekuatan besar di Jakarta saat ini.
Diketahui, PKS adalah partai pemenang di Jakarta berdasarkan hasil Pemilu 2024 dengan 18 kursi. Sedangkan PDIP di urutan kedua yakni 15 kursi.
Sebelumnya, PKS DKI Jakarta juga sudah mengusulkan kepada Majelis Syuro DPP PKS untuk mengusung kembali kepada Anies pada Pilkada Jakarta 2024.
Ginting pun mengakui saat ini Anies masih merupakan figur terkuat di Jakarta. Sedangkan Pras, Ginting menyebutnya sebagai sosok politisi PDIP paling senior di DKI.
Terlebih, saat ini PDIP tak memiliki tokoh yang kuat. “Memang ada Ahok di PDIP tapi kan dia dan Anies seperti air dan minyak maka tak mungkin berpasangan,” katanya.
“Apalagi resistensi terhadap Ahok tinggi sekali di Jakarta. Karena dia napi yang keputusannya inkrah dalam kasus penistaan agama,” ucap Ginting.
Kemudian Tri Rismaharini juga disebut tidak cukup terkenal di Jakarta, meskipun menjabat Mensos.
“Jadi kalau Pras yang diusung saya kira pendukung atau konstituen PDIP juga akan setuju,” ujarnya.
“Dahsyat sekali ya, kalau Anies berpasangan dengan Pras. Ini bakal jadi unggulan pertama,” kata Ginting.
Selain itu, menurut Ginting, jika duet Anies-Pras bisa terwujud maka akan menunjukan bahwa dalam politik memang semuanya bisa terjadi.
“Kalau selama ini (Pras dan PDIP) selalu berseberangan dan menentang Anies Baswedan. Ini publik akan melihat bagaimana dalam politik itu tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang ada itu kepentingan,” ujar Ginting.
Apalagi, lanjutnya, saat ini PDIP di Jakarta adalah partai yang penuh komplikasi. Dimana dengan hanya memperoleh 15 kursi di DPRD DKI berada di urutan kedua setelah PKS yang memperoleh 18 kursi.
“PDIP ini malah potensial tidak bisa mencalonkan calon di Pilkada apalagi setelah Pilpres ini PPP kan tidak ada. Nyaris PDIP tidak punya teman, suaranya tidak mencukupi untuk mencalonkan sendiri dan tidak punya golden tiket,” ujarnya.
Karena itu, menurut Ginting PDIP harus realistis. “Maka jika parpol di Koalisi Perubahan gabung dengan PDIP maka itu sangt potensial untuk bisa memenangkan Pilkada Jakarta 2024,” katanya.
Sebelumnya, Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Adi Wijaya pun tak menampik adanya isu duet Anies-Pras ini.
“Ya alhamdulilah saja (jika diduetkan),” ucap politik senior yang akrab disapa Aming ini saat ditemui di Kantor DPD PDIP di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (22/5/2024).
Aming mengakui, Anies masih memiliki basis dukungan yang besar di Jakarta sehingga peluangnya menang pun cukup besar.
Hal ini bisa terlihat dari hasil Pemilu 2024 lalu dimana tiga partai pengusung Anies, yaitu PKS, NasDem, dan PKB mengalami lonjakan suara cukup besar di Pileg DPRD DKI Jakarta.
“Pak Anies kuat yah di DKI, itu harus diakui kalau kita lihat kemarin yang mendukung pak Anies, semua (partai koalisi suaranya naik semua,” ujarnya.
Editor: Fian