Kronologi, Gorontalo – Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al-Wathoniyah Kota Gorontalo, Ismail Haluti, angkat bicara soal adanya kasus dugaan penganiayaan siswa yang dilakukan oleh oknum wali kelas di sekolah tersebut.
Saat dikonfirmasi, Ismail mengatakan, luka lebam yang ada di bahu kiri siswa berinisial AK (11) itu bukan karena dipukul oleh wali kelasnya. Namun, dengan tegas Ismail menyampaikan bahwa luka itu akibat perkelahian antara AK, dan salah seorang siswa.
“N dan AK berkelahi, selain itu AK juga berkelahi dengan D. Masalahnya sama karena sering ejek nama orang tua. D sempat pukul dia (AK), ada luka yang dilaporkan itu, itu bukan karena guru pukul. Guru hanya pukul di bagian kaki, itu sudah mengaku orangnya, yang memukul AK sudah mengaku sama Mamanya, kalau dia yang pukul AK saat berkelahi,” kata Ismail, saat ditemui, Selasa (21/05/2024).
Perkelahian ketiga siswa itu juga direkam oleh teman sekelasnya. Kata Ismail, salah satu siswa yang dipukul oleh AK sudah terkapar, dan digotong oleh teman-temannya menuju ke wali kelas, yang terlapor.
“Setelah dipukul AK, temannya (N) itu teriak sakit, sakit. Dan dibawa ke wali kelasnya. Katanya yang kesakitan ini berkelahi dengan AK. Karena ibu wali kelas ini panik, keempat siswa itu dihukum, dipukul di kaki bukan di bahu,” jelas Ismail.
Katanya, yang dipukul ini bukan hanya AK, tetapi ketiga temannya juga. Tiga orang yang berkelahi termasuk AK dan satu orang yang merekam. Namun, Ismail juga mengakui bahwa pemukulan kepada keempat siswa itu benar adanya.
“Terus terang saja, pemukulan itu memang ada, tapi cuma di betis di pukul pake pipa, karena wali kelas sudah panik,” ujarnya.
Kepala MI Al-Wathoniyah itu juga menyampaikan, akan ada hasil visum atas luka lebam itu, untuk melihat benda apa yang dipukulkan kepada AK.
Atas kasus ini juga, pihak sekolah telah berupaya melakukan dua kali mediasi.
“Di awal kejadian hari Jumat, orang tua sudah datang kita sudah terima dan minta maaf. Kita juga sudah menjelaskan permasalahannya. Upaya kita untuk mediasi dua kali, pertama di sekolah, tetapi tidak diterima, terus kami berharap kalau di sekolah tidak bisa, di rumah bisa secara kekeluargaan. Tetapi orang tuanya bersikeras untuk melaporkan,” kata Ismail.
Di samping itu, selain mendatangi AK, pihak madrasah juga mendatangi rumah siswa berinisial N, siswa yang terlibat perkelahian dengan AK.
“Sesampainya di rumahnya, pelapor tidak ada. Karena beliau tidak ada kami langsung ke rumahnya N untuk menanyakan kabarnya. Ternyata setelah sampai di sana, N dan bapaknya diajak oleh orang tuanya AK untuk melaporkan wali kelasnya karena memukul, tetapi orang tua N belum mengetahui kejadian perkelahian itu,” terang Ismail.
Namun kata Ismail, saat pihak madrasah sudah memberitahu kepada orang tua N bahwa anaknya terlibat perkelahian dengan AK, orang tua N tidak jadi melaporkan wali kelasnya.
“Orang tua N pada saat itu tidak tahu apa-apa. Tapi setelah kami jelaskan kronologinya, orang tua N berbalik dengan mengatakan kenapa terlambat datang ke rumah. Orang tua N juga bilang andai dari tadi datang (pihak sekolah), dia tidak ikut untuk melapor. Karena saat diajak oleh orang tua AK, orang tua N ini tidak dijelaskan bahwa ada kejadian perkelahian antara ketiga anak tersebut,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, kejadian ini sudah dilaporkan di kepolisian oleh orang tua AK, atas dugaan penganiayaan oleh wali kelas kepada siswa. Laporan itu sudah masuk di bagian Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polres Gorontalo Kota.
Penulis: Audy Anastasya