Kronologi, Jakarta – IPK atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 2,3 diduga milik Gibran Raka Bumingraka sedang menjadi trending topik di sosial media X.
Topik trending ini berasal dari unggahan Budi Kurniawan, pemilik akun Twitter (kini X) @BangBudiKur. Sampai artikel ini dibuat unggahan yang dibuatnya pada Senin malam, 22 Januari 2024, itu telah dilihat 4,5 juta kali dan dikomentari 2 ribu orang.
“Gibran itu lulus S1 dapat nilai lower second class honours (setara 48). Untuk nilai segitu, daftar kuliah master aja susah diterima. Itu setara IPK 2.3 kalau sistem Indonesia,” tulisnya.
Dia mengunggah foto ijazah dengan foto di bagian bawah, gambar Gibran.
Terlihat tertulis ijazah itu dikeluarkan pada tahun 2016 dari University of Bradford.
Dikutip dari laman Hot Courses, gelar tersebut merupakan gelar seperti sistem pendidikan tinggi di Inggris.
Lower second class atau disebut dengan istilah 2:2 atau “Desmond”. Gelar 2:2 biasanya merupakan persyaratan minimal untuk melamar kerja di Inggris. Di tahun akademik 2017/18, 19% mahasiswa purnawaktu berhasil mendapatkan gelar ini.
Lower second class setara dengan C atau 50-59.
Beragam komentar pun memenuhi cuitan itu.
Akun @M*z*Kri*il menulis: Cuma di Indonesia nilai IPK/GPA dipermasalahkan ketika mencalonkan diri menjadi capres/cawapres bukan visi dan misinya.
Akun @_in*one*iam*j*_ menulis: IPK 2,3 nyari kerja aja udah enggak ada lowongannya.
Akun @x*nx*xo* menulis: Nyawapres enggak ada persyaratan IPK, tapi kalau kita nyari kerja baru ditentuin IPK, batasan usia, harus good looking, pengalaman tinggi, bisa mengendalikan elemen api, tanah, udara.
Sebelumnya, Gibran langsung menunjukkan ijazah asli S1-nya dari University of Bradford dan surat keputusan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan ke Balai Kota Solo pada Senin (20/11/2023).
Dia menunjukkan ijazah dan surat itu lantaran adanya tudingan kalau dia tidak pernah berkuliah melainkan hanya kursus untuk persiapan masuk ke universitas.
Usai menunjukkan hal itu, dia pun meminta awak media untuk mengecek keaslian dan mengabadikan ijazahnya tersebut.
“Biar cepet selesai ya. Emang ijazahnya ini. Kalau palsu seharusnya dipermasalahkan dari awal waktu pendaftaran. Hal biasa makanya tak bawakan ijazahnya. Ndak (merugikan) saya anggap untuk lucu-lucuan,” katanya.
Editor: Alfian Risfil A