Soal Copot Lencana, Nelson Minta Hendra Pahami Tupoksi dan Introspeksi Diri

Kronologi, Gorontalo – Perseteruan antara Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo dan Wakil Bupati Hendra Hemeto terus berlanjut. Masalah ini terkait drama wakil bupati mencopot lencana jabatan dan protes berbagai hal kepada bupati saat rapat internal pemerintah, Jum’at (3/12/2022) kemarin.

Dalam wawancara khusus di rumah dinas jabatan, Nelson mengkritik gaya bekerja wakil bupati. Ia meminta Hendra untuk dapat memahami dengan baik tupoksi sebagai wakil bupati.

“Pertama, dia harus memahami tupoksi sebagai wakil bupati. Hal ini memang sering saya sampaikan (kepada Wakil Bupati Hendra). Tupoksi seperti apa, diantaranya pengawasan berbagai macam program dan membantu kerja-kerja bupati,” ujar Nelson, Senin (5/12/2022).

“Jadi ada tiga poin menjadi catatan saya, introspeksi diri, punya inisiatif dalam bekerja, dan dapat memperbaiki cara berinteraksi dengan orang,” sambung Nelson.

Kata Nelson, dalam menjalankan tupoksi tersebut wakil bupati tidak perlu harus disuruh atau menunggu perintah dari seorang bupati dan bersandar pada jadwal kegiatan pemerintahan.

“Ini yang sering saya ingatkan, pahami dengan benar. Apa lagi saat saya minta mewakili bupati pada agenda-agenda tertentu, harus dilaksanakan. Tapi ini yang menjadi problem, sering tidak dilaksanakan,” ungkap Nelson.

Nelson menampik tudingan bahwa telah memerintahkan kepada desa dan camat untuk tidak melayani wakil bupati dalam setiap kunjungan ke wilayah-wilayah di Kabupaten Gorontalo.

“Tidak benar saya mengarahkan kepada desa dan camat untuk tidak melayani wakil bupati. Malah saya selalu berfikir bagaimana bekerja bersama untuk melayani rakyat dua kali lebih baik,” tegas Nelson.

Ia menilai, sikap wakil bupati yang mencopot hingga melempar lencana jabatan tersebut adalah pelecehan terhadap jabatan yang diemban.

“Kalau menurut saya melempar lencana jabatan itu pelecehan terhadap jabatan. Saya tidak tahu apakah itu melanggar aturan atau tidak, namun saya ingin bekerja dan bekerja,” tutup Nelson.

Penulis: Even Makanoneng