Regional
Film Dokumenter Bom Bali 2022 Karya Jurnalis Senior Sigit Purwono Diluncurkan

Kronologi, Denpasar – IJTI Bali dan AJI Denpasar meluncurkan film tragedi Bom Bali 2022 karya Jurnalis senior Sigit Purwono jelang peringatan 20 tahun tragedi yang merenggut 203 korban jiwa dan 209 korban luka tersebut. Acara itu juga untuk mengingatkan para jurnalis agar mengedepankan jurnalisme damai dalam liputannya.
Sigit Purwono yang saat ini freelancer sejumlah media asing ini mengatakan, karya dokumenter ini riil tanpa naskah dan tanpa reka adegan. Menurutnya, seluruh scene dalam video ini merupakan kejadian yang diambil sejak 12 Oktober 2002 hingga para terpidana disidang dan tiga terpidana mati dieksekusi.
Sigit mengaku, dirinya merupakan salah satu wartawan yang meliput kejadian ini sejak awal.
“Saat kejadian itu saya sedang tidur dan terbangun karena di luar rumah. Saya telepon reporter saya mas Bono dan kami bawa mobil ke Kuta. Dan kami menempel ambulans sehingga masuk ke TKP. Saat itu saya gunakan kamera profesional Betacam,” kata Sigit saat peluncuran film, Jumat (19/09/2022).
Ia kemudian menceritakan pengalaman seputar mengabadikan gambar tragedi 20 tahun yang lalu itu, di mana dalam akun YouTube Bom Bali 2002 tersebut terdapat 90 video.
“Pengalaman saat itu sangat memang mengerikan. Karena Legian itu terlihat rata. Apalagi di kamar jenazah, waktu itu belum ada masker jadi baunya sangat menyengat. Jumlah video yang saya uppload ke YouTube sebanyak 90 video, tapi salah satu video statemen Abubakar Baazir ditakedown oleh Youtube,” tuturnya.
Menjadi jurnalis, kata dia, terkadang dihadapkan pada pilihan antara menolong atau menjalankan tugas.
“Karena saya cameraman jadi saya putuskan jalankan tugas,” lanjut dia.
Pemutaran film dokumenter Bom Bali 2022 yang digelar di Hardcof Cafe, Jl Raya Puputan Denpasar itu dihadiri sejumlah saksi mata. Salah satu dokter forensik RSUP Sanglah, Ida Bagus Putu Alit turut hadir dan sejumlah jurnalis senior ikut mencetakan pengalaman meliput peristiwa Bom Bali 2002.
“Film dokumenter ini membuat saya bernostalgia ketika mengidentifikasi 203 jenazah. Tapi ada 3 jenazah yang tidak berhasil diidentifikasi. Saat itu kami tiga orang dokter forensik Sanglah dan ini kejadian pertama. Sehingga pengalaman baru dan mengidentifikasi ratysan jenazah itu, tapi berkat bantuan pemberitaan media sehingga data antemortem korban dari luar negeri itu membantu kami untuk identifikasi post mortem,” kata Alit.
Sementara, salah satu jurnalis senior The Jakarta Post, Wayan Juniarta mengapresiasi karya dokumenter Sigit Purwono tersebut. Menurutnya, peristiwa ini menjadi pelajaran bagi jurnalis, baik sisi jurnalisme damai maupun mendokumentasikan kejadian ke dalam sebuah film.
“Setelah kejadian itu, kami wartawan saat itu berkumpul dan bersepakat untuk bersama membuat berita yang memgademkan suasana. Karena saat itu sudah ada isu agama, karena sedang berkembang isu teroris itu orang Islam. Akhirnya kami sepakat wawancara Haji Bambang yang sudah fasih bahasa Bali dan sangat dekat dengan masyarakat Bali. Dan kami juga angkat sisi kemanusiaan rekan-rekan muslim yang tergabung Farddhuki Fayah, yang saat kejadian terlibat evakuasi korban dan pasok kain kafan untuk korban,” katanya.
Editor: Zulhamdi
-
Regional1 hari ago
Nelson: Jika Keputusan DPP Tidak Sesuai, Saya Keluar dari PPP!
-
Regional4 hari ago
Jawaban Orang Tua Viecri soal Laporan Polisi Sopir Truk
-
Regional3 hari ago
Proyek Jalan GORR Pakai Material Timbunan Ilegal? Pengawas: Tanya Bos!
-
Nasional1 hari ago
Jokowi Dianggap Aneh Tak Tegur KSP Moeldoko yang Gugat SK Menkumham
-
Regional4 hari ago
Sopir Truk di Gorontalo Lapor Polisi Usai Dianiaya 2 Pejabat
-
Nasional4 hari ago
MK Alami Degradasi Moral Sejak Anwar Usman Jadi Adik Ipar Jokowi
-
Regional2 hari ago
Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Irwan: Sampah Ancaman bagi Manusia
-
Megapolitan5 hari ago
Kongres MAPKB Diharapkan Jadi Momentum untuk ‘Merefresh Ulang’ Keluarga Besar Betawi