Sabtu, Juni 25, 2022
KRONOLOGI.ID
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Regional
  • Internasional
  • Politik
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Opini
No Result
View All Result
KRONOLOGI.ID
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Regional
  • Internasional
  • Politik
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Opini
No Result
View All Result
KRONOLOGI.ID
No Result
View All Result
Home Opini

Filipinisasi Indonesia

REDAKSI by REDAKSI
11/05/2022
in Opini
Filipinisasi Indonesia

Ferdinand Marcos Sr melambaikan tangan saat terpilih sebagai presiden pada 1965./bbc


Oleh: Farid Gaban
(Jurnalis Senior)

Bongbong Marcos (Jr) menang dalam pemilihan presiden Filipina hari-hari ini. Dia adalah putra Ferdinand Marcos, diktator Filipina yang digulingkan melalui “people power” pada 1986. Marcos Sr terusir dari negeri dan meninggal di pengasingan (Hawaii).

Marcos adalah cerita buruk diktator-diktator yang naik ke kursi kekuasaan lewat dukungan Amerika Serikat. Mereka korup dan otoriter: Syah Pahlevi (Iran), Augusto Pinochet (Chile), dan Soeharto (Indonesia). Semuanya jatuh oleh gelombang besar “people power”, hanya Soeharto yang tidak terusir dari negerinya.

Bagi generasi saya, yang meliput Filipina pada akhir dasawarsa 1980-an, tak sulit untuk melihat paralel munculnya Bongbong Marcos dengan menguatnya pamor politik Tommy Soeharto, yang dalam beberapa tahun terakhir mencoba peruntungan politik lewat Partai Berkarya.

Tommy Soeharto tidak sesukses Bongbong, atau mungkin belum. Tapi, kemunculan mereka sendiri menunjukkan pergeseran persepsi politik yang relatif cepat: dari keluarga diktator yang dihinakan menjadi pahlawan/pemimpin baru.

Bagaimana itu bisa terjadi?

Tak hanya itu mencerminkan amnesia (ingat pendek) publik, tapi itu dimungkinkan oleh rusaknya sistem politik.

Tommy Soeharto mungkin tidak pernah menjadi presiden, tapi sistem politik kita sudah dan sedang khusuk mengikuti kerusakan politik Filipina.

Setelah reformasi, Indonesia mengalami pergeseran dari parlementer ke presidensial, condong meniru Filipina yang mengimpor sistem dari penjajahnya, Amerika Serikat.

Andreas Ufen, pengamat politik asal Jerman, menerbitkan kajian pada 2006 yang menyimpulkan bahwa sistem politik dan kepartaian di Indonesia sedang mengikuti trend Filipina. Sedang terjadi proses “filipinisasi” yang negatif.

Apa ciri filipinisasi?

1. Partai-partai (baik baru maupun lama) dimobilisasi cuma untuk memenangkan calon presiden. Partai makin dipersonalisasi dengan figur presiden.

2. Kepemimpinan partai bertumpu pada kharisma tokoh dan karenanya otoriter (nir-demokrasi), sehingga seringkali memicu kisruh-internal (faksionalisme).

3. Kentalnya politik uang dan menguatnya koalisi-koalisi pragmatis (transaksional) membentuk semacam kartel, yang pada akhirnya memperkuat kecenderungan partai dipakai sebagai kendaraan oleh kaum oligark.

4. Partai-partai miskin program (political platform), makin pragmatis dan makin lemah perannya sebagai penyalur aspriasi rakyat.

5. Rendahnya ikatan konstituen dengan partai; bahkan antara politik dengan partainya (fenomena politisi kutu loncat sangat lazim)

Andreas Ufen, Political Parties in Post-Soeharto Indonesia, 2006
Between politik aliran and “Philippinisation”
https://bit.ly/3snrovQ

Tags: Ferdinand MarcosFilipina
alterntif text
Previous Post

Jokowi-Megawati King Maker, Prabowo-Puan Potensial Jadi Titik Temu

Next Post

Partisipasi Publik demi Legitimasi Penjabat Kepala Daerah

Related Posts

Giliran Filipina Desak Indonesia Cabut Larangan Ekspor Batu Bara

Giliran Filipina Desak Indonesia Cabut Larangan Ekspor Batu Bara

10/01/2022
Oknum Pejabat Daerah Lagi Enak-enakan dengan Sekretaris, Eh Lupa Matikan Kamera Laptop

Oknum Pejabat Daerah Lagi Enak-enakan dengan Sekretaris, Eh Lupa Matikan Kamera Laptop

31/08/2020
Next Post
Pemerintah Diminta Transparan Seleksi Ratusan Penjabat Kepala Daerah

Partisipasi Publik demi Legitimasi Penjabat Kepala Daerah

Merasa Jadi Korban Mafia Tanah, Warga Sumur Pandeglang Akan Mengadu ke KSP

Merasa Jadi Korban Mafia Tanah, Warga Sumur Pandeglang Akan Mengadu ke KSP

Discussion about this post

TERPOPULER

  • Imbas Anies Ubah 22 Nama Jalan, Kemendagri: Warga Jakarta Harus Bikin KTP-KK Baru

    Imbas Anies Ubah 22 Nama Jalan, Kemendagri: Warga Jakarta Harus Bikin KTP-KK Baru

    2392 shares
    Share 957 Tweet 598
  • Djarot PDIP Disoraki Warga di Malam Puncak HUT DKI ke-495

    512 shares
    Share 205 Tweet 128
  • Cak Imin Dilarang Pasang Foto Gus Dur di Kegiatan Politik PKB

    535 shares
    Share 214 Tweet 134
  • Azyumardi Azra Sebut Jokowi Akan Jadi ‘Bebek Lumpuh’ usai Pilpres 2024

    212 shares
    Share 85 Tweet 53
  • Khawatir Kemarahan Umat Islam Membesar, JMN Minta Holywings Ditutup!

    808 shares
    Share 323 Tweet 202

TOP STORIES



Follow us on social media:

  • Tentang Kronologi.id
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber

© 2018 Kronologi.id. All right reserved

No Result
View All Result
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Regional
  • Internasional
  • Politik
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Opini

© 2018 Kronologi.id. All right reserved