Politik
Fenomena Politisi Eksis Bermedsos, Tidak Cukup hanya Tebar Pesona

Kronologi, Jakarta – Demi membangun personal branding, sejumlah politisi berbondong-bondong eksis bermedia sosial (medsos). Hal ini relevan karena medsos adalah kenyataan hari ini yang tidak bisa diabaikan.
Medsos digunakan sebagai personal branding, yaitu strategi untuk membentuk citra diri sendiri sehingga masyarakat atau orang lain dapat menilainya dari prestasi dan pencapaian yang dia miliki. Jika politisi sudah aktif di medsos, maka dia sudah siap berinteraksi dengan masyarakat.
“Terbentuk pola komunikasi baru, masyarakat bisa langsung mengakses politisi. Komunikasi publik dengan politisi dengan kekuatan media sosial,” kata Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan, Kamis (28/4).
Keberadaan medsos tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pada survei yang dirilis Hootsuite, pada tahun ini, 73,7 persen masyarakat Indonesia terhubung dengan internet dan 68,9 persen aktif menggunakan medsos.
Ada tiga hal mengapa seorang politisi memanfaatkan medsos. Pertama, untuk membangun awareness, politisi menunjukkan karakternya, menyampaikan misinya secara ringan. Kedua, keterlibatan publik, yaitu saat publik ikut berkomentar pada medsos politisi tersebut.
“Kemudian ketiga, ada feedback dari publik dari yang ditawarkan publik cocok atau tidak, kemudian kalau tidak cocok akan ada dialog,” sebut Firman.
Politisi yang eksis di medsos harus menyelaraskan citranya. Politisi yang tampil ciamik, ramah, humoris di medsos, harus bersikap yang sama saat ditemui secara langsung.
“Ada teori dramaturgi, kita atur panggung depan dan panggung belakang. Katakan panggung depan adalah medsos, maka di panggung depan ingin tampil sempurna, ideal. Publik harus diberi juga tampilan di belakang panggung,” kata Firman.
Tampilan di belakang panggung, kata dia, adalah keseharian tokoh tersebut. Apakah dia memang ramah, mau menjawab pertanyaan dan tidak anti terhadap kritik. “Jadi apa yang disajikan di medsos idealnya tidak terlalu berbeda dengan di dunia nyatanya,” kata Firman.
Untuk mengisi kanal-kanal medsosnya, politisi dan timnya perlu kreatif. Konten yang kreatif adalah kunci. “Tergantung konten menarik atau tidak. Apakah topiknya sesuai dengan topik yang disukai masyarakat, apakah pesan komunikasinya mudah dipahami oleh masyarakat pengguna medsos,” kata Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas.
Konten yang bagus, entah itu video, teks maupun meme, akan menarik perhatian masyarakat. “Semakin baik sosialisasi semakin besar peluang untuk ter-ekspose pada komunitas-komunitas,” tandas Sirojuddin.
Meki begitu, mentereng di medsos, politisi jangan lupa untuk bekerja, karena masyarakat butuh aksi ketimbang ‘tebar pesona’ saja.
Politisi PDIP Puan Maharani menekankan perlunya politisi untuk bekerja dan gotong royong. “Jadi jangan kemudian kita itu asal pilih karena cuma kelihatan di panggung saja. Panggung itu panggung media, panggung TV, panggung sosmed, tapi pilih orang yang betul-betul pernah memperjuangkan kita, pernah bersama-sama kita, pernah bergotong-royong bersama kita,” kata Ketua DPR RI ini.
-
Regional6 hari ago
Pendapat Dokter Forensik Mabes Polri usai Visum Briptu Rully
-
Regional6 hari ago
Polda Gorontalo: Briptu Rully Bukan Ajudan Kapolda, tapi Spripim Pengamanan
-
Regional3 hari ago
HP Briptu Rully Akan Diperiksa Bareskrim Polri Pakai Cellebrite
-
Headline4 hari ago
Rotasi Polri, Helmy Santika Jadi Kapolda Lampung di Tengah Kasus Bunuh Diri Briptu Rully
-
Headline7 hari ago
Luhut: Orang di Luar Pemerintah Jangan Banyak Omong!
-
Headline3 hari ago
FIFA: Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023
-
Regional2 hari ago
Heriyanto Ingatkan Developer Perumahan untuk Sediakan TPU
-
Headline5 hari ago
KPK Usut Korupsi Cukai Rokok Sebasar Rp250 Miliar