Headline
Tokoh NU Purworejo: Kisruh di Desa Wadas Bisa Berujung Konflik Berdarah

Kronologi, Jakarta — Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Purworejo K.H. Muqorobin Bakir (Gus Robin) menyebut kekisruhan yang terjadi di Desa Wadas bukan terjadi baru-baru ini, tetapi sudah cukup lama bahkan sejak 2016.
Dia mengungkapkan, selama ini banyak orang luar masuk tinggal di Desa Wadas berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
Gus Robin yang juga Wakil Rois Syuriah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Bener, di Purworejo, Jawa Tengah, Jumat, menyebut, kini Desa Wadas menjadi isu nasional yang sensitif dan berbahaya.
“Bisa dikatakan warga Wadas adalah 100 persen warga NU. Saya tidak rela melihat mereka dipecah belah dan terjadi konflik sosial. Menjerit hati ini, saya tidak bisa diam,” kata pengasuh Ponpes Majiul Jami Kaliurip, Bener, Purworejo ini.
“Warga Wadas diobok-obok pihak luar sejak 2016 hingga kini. Mereka sudah terjebak konflik sosial. Kasihan betul keadaannya. Tolong jangan ditutup-tutupi kondisi ini,” katanya.
Konflik sosial yang dimaksud adalah masyarakat Desa Wadas terbelah pada dua kubu, pro dan kontra penambangan batu andesit. Jika dibiarkan, menurut dia, bisa terjadi konflik berdarah.
Gud Robin juga meminta sejumlah pejabat pemerintah daerah dievaluasi karena diduga sengaja membiarkan kekisruhan hingga menimbulkan konflik sosial di Desa Wadas.
“Hal ini tidak bisa dibiarkan terus, sangat berbahaya. Jangan sampai pemerintah baru bertindak setelah jatuh korban jiwa,” katanya.
Menurut dia, jika sampai terjadi korban jiwa, akan sangat memalukan masyarakat NU karena bisa dikatakan 100 persen warga Wadas adalah kaum nahdiyin yang selama ini dikenal menjunjung tinggi ukuwah Islamiah dengan rajin bersilaturahmi.
“Keadaan sosial masyarakat Wadas kalau begini terus keadaannya, bisa meledak sewaktu-waktu,” katanya.
Ia menilai aparat pemerintah daerah seakan tutup mata dan membiarkan kekisruhan terjadi di Desa Wadas. Pembiaran terjadi dengan banyak orang luar masuk berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
“Hal itu ada aturannya, tamu wajib lapor 1 x 24 jam. Ini bukan 1 x 24 jam lagi, bahkan berhari-hari dan berbulan-bulan. Banyak sekali orang luar tinggal di Wadas selama beberapa tahun terakhir ini dan dibiarkan saja,” katanya.
Gus Robin berharap masalah Wadas segera selesai karena jika berlarut-larut berpotensial terjadi konflik horizontal.
Agar warga Wadas bersatu kembali, kata dia, perlu diadakan kegiatan keagamaan dan sosial budaya yang dihadiri warga Wadas dari dua kubu. Dengan demikian, sekat-sekat pro dan kontra sedikit demi sedikit bisa terbuka.
“Intinya perlu didorong silaturahmi antarkubu sehingga komunikasi terbuka kembali. Sekarang ini komunikasi tersumbat di antara dua kubu,” katanya.
Sebagaimana diketahui, warga Wadas saat ini terjebak pada pro dan kontra penambangan batu andesit sebagai material fondasi Bendungan Bener yang akan menjadi bendungan tertinggi di Asia Tenggara dengan kedalaman 159 meter.
Bendungan Bener ditargetkan selesai pada 2023. Namun, pembangunan terancam molor karena fondasi utama hingga kini belum digarap akibat material batu andesit belum ada. Warga setempat menolak batu andesit didatangkan dari Desa Wadas yang jaraknya 12 kilometer dari lokasi Bendungan Bener di Desa Guntur, Kecamatan Bener, Purworejo.
Editor: Alfian Risfil A
-
Regional13 jam ago
Jawaban Orang Tua Viecri soal Laporan Polisi Sopir Truk
-
Megapolitan14 jam ago
Kongres MAPKB Diharapkan Jadi Momentum untuk ‘Merefresh Ulang’ Keluarga Besar Betawi
-
Regional14 jam ago
Sopir Truk di Gorontalo Lapor Polisi Usai Dianiaya 2 Pejabat
-
Nasional14 jam ago
Mega Minta Ganjar Tak Sungkan Akui ‘Petugas Partai’
-
Nasional8 jam ago
MK Alami Degradasi Moral Sejak Anwar Usman Jadi Adik Ipar Jokowi
-
Internasional12 jam ago
Tabrakan Kereta Api di India: 288 Orang Tewas, 850 Luka Serius
-
Regional6 jam ago
Kemenkumham Gelar Anugerah Paralegal Justice Award sebagai Apresiasi ke Kades/Lurah
-
Regional4 hari ago
Hanasi: Upaya Pemerintah Untuk Lumbung Ternak di Daerah Belum Memuaskan