Kronologi, Gorontalo – Sejumlah emak-emak di Desa Huidu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, memprotes proyek pekejaan rehabilitasi dan pemeliharaan Jalan AK Luneto-Ombulo. Pasalnya, hingga saat ini proyek yang dikerjakan oleh CV Bangun Jaya itu tak kunjung selesai.
Pantauan di lokasi, volume total jalan yang harus diasap mencapai 3.565 meter. Adapun volume pekerjaan terbagi atas dua segmen, yakni segmen 1 sepanjang 2.065 meter dengan lebar 6 meter dan segmen 2 sepanjang 1.500 meter dengan lebar 3,5 meter.
Nilai kontrak pekerjaan ini sendiri terbilang cukup besar, yakni Rp7,9 miliar atau Rp7.987.343.188 dengan waktu pelaksanaan 114 hari.
Proyek tersebut diprotes lantaran sudah tiga bulan berhenti pengerjaannya. Sementara, para emak-emak mengaku kewalahan menahan serangan debu dari jalan akibat dampak kendaraan yang melintasi jalan tersebut.
Warga menuntut kepada pemerintah untuk mendesak kontraktor agar mempercepat pekerjaan jalan segera diaspal. Sebagian warga yang gerah membentangkan batang kayu dan pot bunga tepat di tengah jalan.
“Kami menghirup debu, pak. Tiap hari begini. Ya mau enggak mau harus disiram pakai air, pagi, siang, dan sore,” kata Rosmin Ndui (52), warga Dusun III, Desa Huidu, Sabtu (15/1/2022).
Kepada Kronologi.id, Rosmin mengaku sengaja membentangkan batang kayu di tengah jalan. Tujuannya agar pengguna jalan dapat mengurangi kecepatan kendaraannya agar tidak menimbulkan debu yang menyasar ke rumah-rumah warga.
Mereka juga menyinggung kesiapan pemilik proyek jalan tersebut. Mestinya, kata mereka, proyek tersebut tidak dikerjakan bila memang tidak siap.
“Debu di mana-mana, bisa-bisa kami kena ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Saya tidak tahu kontraktor ke mana. Padahal jalan-jalan lain sudah selesai diaspal. Kenapa ini belum. Kalau belum siap jangan kerja. Jalan jangan dibongkar. Jangan biarkan begini,” keluh Rostin.
Berbeda dengan Yanti Daud (45), warga Dusun III, Desa Huidu. Ia protes karena setiap hari dagangannya terganggu akibat debu dari jalan.
“Siapa mau beli (dagangan) kalau kotor. Sudah cukup lama seperti ini. Kami terganggu dengan debu dari jalan,” ucap Yanti.
Seperti yang dilakukan Rostin, Yanti terpaksa harus rutin setiap pagi, siang, dan sore, menyiram jalan bak kontraktor yang sedang berburu target proyek.
“Tiap hari jalan pasti saya siram pakai air, tapi hanya di depan kios jualan saya. Itu pun tidak menjamin debu masuk kios, pak. Kalau bisa segera pak diaspal,” harap Yanti.
Terpisah, Kepala Desa Huidu, Muhtar Mohune, mengaku kerap menerima keluhan masyarakat terkait pekerjaan jalan yang tak kunjung tuntas diselesaikan pihak penyedia jasa.
Selain belum tuntas, menurut Muhtar, pekerjaan saluran air pada sisi kiri dan kanan jalan juga belum sepenuhnya rampung 100 persen.
“Banyak warga yang mengeluhkan jalan itu. Bukan hanya jalan, debu juga dikeluhkan. Pekerjaan segmen 2 pun belum tersentuh sama sekali,” tutur Muhtar.
“Nah, setahu saya proyek yang menggunakan dana PEN pasti tuntas karena anggarannya tersedia. Bukan pekerjaan satu tahun malah jadi dua tahun seperti ini. Semoga ada solusi dari pemerintah dan kontraktor,” imbuh dia.
Penulis: Even Makanoneng
Discussion about this post