Bisnis
Pemerintah Dinilai Lemah dalam Menjaga Stok Pangan dan Fluktuasi Harga

Kronologi, Jakarta – Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menilai, sepanjang 2021, sejumlah barang pangan banyak diwarnai fluktuasi harga komoditas yang tidak terkendali.
Menurutnya, harga komoditas pangan seringkali jatuh saat panen dan merugikan petani. Seperti jatuhnya harga gabah, harga jagung, cabai, bawang merah dan lain-lain.
“Selama tahun 2021 ini produk pangan yang bersumber dari impor seperti daging dan kedelai, harganya terus melonjak yang berakibat merugikan pelaku UMKM serta merugikan konsumen karena daya beli yang semakin lemah pada masa pandemi ini,” kata Johan kepada wartawan, Selasa (4/1/2022).
Sejak awal 2021, tutur Johan, telah terjadi gejolak harga kedelai yang tidak terkendali dan kebijakan kenaikan HET pupuk bersubsidi.
Hal tersebut berdampak pada naiknya harga pangan sehingga pengeluaran rumah tangga pun meningkat. Akibatnya, beban rumah tangga petani untuk melaksanakan kegiatan usaha bertambah.
Di sisi lain, lanjut Johan, pemerintah terlihat tidak berdaya melakukan upaya untuk meningkatkan produksi pangan, karena keterbatasan anggaran.
“Pada tahun 2021 ini telah terjadi pergerakan kenaikan harga minyak goreng yang terus melambung, padahal Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit (CPO) terbesar di dunia dengan pertumbuhan rata-rata 3,61 persen per tahun,” paparnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menyinggung bahwa pada awal tahun 2021 lalu pemerintah berencana melakukan impor 1 juta ton beras dan hal ini telah menimbulkan polemik serta penolakan luas dari komponen masyarakat.
“Presiden Jokowi pun berjanji tidak akan melakukan impor beras namun kenyataannya realisasi impor beras mencapai 41.000 ton pada tahun 2021,” ungkapnya.
Johan juga menyoroti bahwa tahun 2021 belum ada kebijakan untuk mengurangi beban biaya produksi yang harus dikeluarkan petani.
Sebagai contoh, lanjutnya, subsidi pupuk banyak yang tidak tepat sasaran serta tidak ada kebijakan harga yang diterima petani sebagai harga yang layak untuk meningkatkan nilai pendapatan petani terhadap komoditas pertanian yang dihasilkannya.
Johan menilai pemerintah belum mampu melakukan penyempurnaan sistem data dan informasi di lapangan agar akurasi kondisi pangan di lapangan terus terpantau.
“Saya melihat pemerintah sangat lemah kinerjanya menjaga kondisi stok pangan, fluktuasi harga pangan dan distribusi pangan, sehingga situasi tahun 2021 dimana harga pangan terus melonjak tidak terkendali dan target produksi tidak tercapai,” tukasnya.
Penulis: Tio
-
Regional3 hari ago
10 Ribu Anggota DPRD Bakal Demo Menteri Keuangan, Syam: Gorontalo Ikut!
-
Regional5 hari ago
Bupati Nelson Nonaktifkan Satu Orang Pejabat, Siapa?
-
Headline2 hari ago
Aktivis Lieus Sungkharisma Meninggal Dunia
-
Megapolitan3 hari ago
Jokowi Puji Heru Mampu Garap Sodetan Ciliwung yang Mangkrak di era Anies
-
Regional3 hari ago
Oknum Pengurus Apdesi Pohuwato Ditangkap Polisi, Diduga terkait Narkoba
-
Regional6 hari ago
Gegara Charger HP Dipakai untuk HT, Rumah di Ponorogo Ludes Terbakar
-
Headline6 hari ago
Tempo Hoaks! Ketua DPRD DKI: Tidak Benar Rumah Saya Digeledah KPK
-
Regional6 hari ago
Wali Kota Gorontalo Yakin Shava Beach Resort Mampu Bangkitkan Ekonomi