Regional
AMSI Jabar Soroti Pemberitaan Media Massa Terkait Dedi Mulyadi dan Mahasiswa

Kronologi, Bandung – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Barat menyoroti kasus pemberitaan media massa terkait anggota DPR RI Dedi Mulyadi dan seorang mahasiswa bernama Yudha yang bersumber dari konten akun pribadi media sosial Dedi Mulyadi.
AMSI Jawa Barat menilai ada ‘kecelakaan’ pada kaidah dan prinsip jurnalistik yang dilakukan beberapa media massa siber dalam membuat pemberitaan atas konten tersebut.
Menurut Ketua AMSI Jawa Barat, Riana A Wangsadiredja, media massa dalam kasus tersebut hanya mengejar produksi berita yang bergantung pada tren kata kunci yang sedang viral. Namun mengabaikan keberimbangan serta luput proses konfirmasi, akurasi, dan verifikasi.
“Terlepas soal polemik yang terjadi dalam konten pribadi Dedi Mulyadi, AMSI menyayangkan media massa latah mengikuti framing dalam konten pribadi tersebut. Mengabaikan konfirmasi dan verifikasi,” kata Riana, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/11/2021).
Dengan sekadar ingin mengejar trending topic untuk meraih traffic pembaca, kata Riana, media massa tersebut mengabaikan konfirmasi dan keakurasian data.
Ia menuturkan, pada konten Dedi Mulyadi terkait Yudha itu, ada media massa memberitakan bahwa Yudha meminta maaf kepada Dedi Mulyadi. Sumbernya hanya menyadur dari akun medsos Facebook yang dikira milik Yudha.
Lalu, ada video reportase atas konten tersebut dari media massa siber dengan memberikan judul subjektif cenderung sarkasme terhadap Yudha.
“Media massa punya fungsi kontrol sosial, bukan memperkeruh situasi sosial. Juga media massa punya tugas moral membentuk karaktek yang luhur bagi bangsa,” jelas Riana.
Ia berharap, media massa khususnya siber atau online, terus belajar memperkuat kaidah jurnalistik, di mana Dewan Pers sudah menyusun pedoman pemberitaan media siber, salah satunya membahas soal verifikasi dan keberimbangan berita.
“Di mana ditegaskan bahwa pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi. Dan berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan,” ungkap Riana.
Ia menegaskan, boleh saja media siber berlomba di kata kunci, tapi tidak harus melupakan prinsip dari jurnalistik itu sendiri, yaitu verifikasi dan keberimbangan berita.
“Media massa jangan terjebak framing yang ada dalam konten pribadi media sosial. Media massa harus bijak dan seimbang dalam menyuguhkan informasi,” tutupnya.
Editor: Zulhamdi
-
Regional5 hari ago
Pemda Gorontalo Klaim Jaminan Pelaksanaan Proyek: 8 Perusahaan Tembus Rp3 Miliar
-
Nasional3 hari ago
PBNU Bela Baliho Erick Tohir: Yang Harus Dikecam Itu yang Jualan NU tapi Suul Adab
-
Regional3 hari ago
Polres Pohuwato Tangkap Warga Pemilik Puluhan Ribu Obat Ifarsyl
-
Headline3 hari ago
Survei SMRC: Anies Terus Menguat
-
Megapolitan5 hari ago
PT JakPro: Anggaran Formula E 2022 Selesai Diaudit, Hasilnya Wajar
-
Regional5 hari ago
Dianggap Langkahi Pimpinan Partai, Sekretaris DPC Gerindra Pohuwato Disorot
-
Regional4 hari ago
Ali Polapa Sebut Jembatan Penghubung 15 Desa di Bongomeme Terancam Roboh
-
Headline6 hari ago
Surya Paloh ‘Ditegur’ Jokowi Gegara NasDem Deklarasi Anies Tanpa Komunikasi