Tekno
Hati-hati, Hoaks Bisa Bikin Mundur Cara Berpikir Masyarakat

Kronologi, Jakarta – Perkembangan dunia digital semakin hari semakin tak terbendung dan menuntut kecerdasan atau literasi digital untuk memaksimalkan pemanfaatannya, juga meminimalisir kejahatan online yang kerap terjadi sebagai dampaknya.
Banyaknya manfaat positif dan ekses dampak negatif ini juga dirasakan semua penggunanya. Untuk itu, masyarakat wajib cakap digital agar bisa melawan dan meminimalisir segala dampak negatif dan bisa lebih maksimal memanfaatkannya.
Hal ini yang dibicarakan dalam Webinar Literasi Digital wilayah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada Senin (5/7/2021).
Dalam Webinar ini hadir sebagai pembicara yaitu Robby Wahyu, Security consultant MAXPLUS, Rendy Doroii, COO Mediaologi Digital, M Wildab l.M. Pd Ketua KPU Sumbawa, Sahyuddib, MA, TESOL, Kepala Sekolah SMAN 2 Sumbawa dan Key Opinion Leader.
Dampak masuknya sisi negatif juga yang menjadi bahasan Wildan, Ketua KPU Sumbawa. Menurutnya, salah satu yang paling banyak ditemui dari dampak negatif pesatnya perkembangan dunia digital adalah berita hoaks.
Wildan mengatakan, hoaks adalah informasi palsu yang diplintir atau direkayasa untuk tujuan lelucon hingga serius seperti persioalan politis.
“Hoaks sendiri secara arti bahasanya adalah lelucon, cerita bohong, kenakalan, olokan, membohongi, menipu juga memperdaya,” kata Wildan.
Lebih lanjut dikatakannya, ada banyak jenis berita hoaks, di antaranya berita bohong yang bertujuan untuk memasukkan ketidakbenaran. Tautan jebakan juga merupakan jenis berita hoaks di mana biasanya judulnya bombastis atau berlebihan sehingga seseorang tertarik untuk memperhatikannya.
“Jenis lain seperti bias konfirmasi atau menginterpretasi kejadian yang terjadi sebagai bukti dari kepercayaan yang sudah ada. Serta bisa juga dengan misinformasi yaitu informasi yang salah untuk niat menipu. Selain itu ada satire dan propaganda,” bebernya.
Lebih jauh, kata Wildan, banyak dampak dari beredarnya hoaks ini, yaitu bisa merugikan masyarajat karena berita itu tak benar alias bohong.
“Hoaks juga bisa memecah-belah publik dan memengaruhi publik untuk mendiskreditkan opini publik. Selain itu hoaks juga bisa membuat heboh masyarakat sehingga muncul ketakutan,” jelas dia.
Yang juga harus diwaspadai bahwa hoaks sangat berbahaya karena bisa memundurkan cara berpikir masyarakat.
“Dengan hoaks, bisa membuat masyarakat jadi tidak percaya kepada pemerintah dan juga tidak percaya kepada pemimpin. Banyak perkelahian antar suku antar kampung akibat beredarnya hoaks,” terangnya.
Sementara itu, selain sisi negatif, pembicara lain memilih juga untuk membahas dampak positif dunia digital adalah bisa mengeksplorasi kreativitas. Hal itu dikatakan oleh pembicara lain, Rendy Doroii.
Dikatakannya, salah sagtu platform digital yang paling ramai adalah Instagram. Menurutnya, Instagram yang dibuat pada Oktober 2010 itu bertujuan untuk memanjakan visual penggunanya dengan warna-warni di dalamnya.
“Mata manusia tertarik dengan warna karenanya Instagram dibuat dengan warna-warna menarik,” jelasnya.
Ia mengatakan, hasil sebuah studi Pantone Colour tahun 2018 terhadap 75 akun influencer dengan masing-masing memiliki minimal 50 ribu follower didapat ada empat warna yang menjadi kesukaan mata manusia. Yaitu biru tosca (ocean depth), warna kekuning emasam (harvest gold), biru langit (ethereal blue) dan pink soft (rose dawn).
“Dari penelitian itu bisa disimpulkan pada dasarnya kuncinya adalah warna bright atau terang adalah salah satu jenis konten dengan engagement tinggi. Follower akan berhenti pada konten yang menarik mata eye catchy. Saat scroll maka akan berhenti pada warna itu dan bisa menghasilkan like,” bebernya.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Editor : Zulhamdi
-
Regional5 hari ago
Buntut Aduan Ivana, Sejumlah Tokoh Kabupaten Gorontalo Bentuk Forum Penyelamat Daerah
-
Regional6 hari ago
Ekwan Harap Pokir Perbaikan Jalan Lupoyo Cs Terealisasi
-
Regional6 hari ago
Mobil Dinas Pejabat BPSDA Bengawan Solo Tabrakan di Magetan, 1 Orang Luka Berat
-
Nasional6 hari ago
Kejagung Duga Aliran Duit ke Adik Johnny Plate Berkaitan Jabatan Menkominfo
-
Regional6 hari ago
Indeks UHC Capai 99,18 Persen, Pemkot Gorontalo Pertahankan Nilai Tertinggi Selama 5 Tahun
-
Regional6 hari ago
Ryan Kono Soroti Aset Daerah yang Sering Tak Penuhi Asas Manfaat
-
Regional6 hari ago
Buka Workshop P4GN, Ismail Madjid Sampaikan Instruksi Wali Kota soal Pencegahan Narkoba
-
Regional6 hari ago
Pengusaha Sebut Kesbangpol Bohong soal Mediasi: Tidak Benar, Masalah Belum Tuntas