Nasional
AMSI Terima Ribuan Suplemen dari Pyridam Farma untuk Jurnalis

Kronologi, Jakarta – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menerima 2.725 paket suplemen dari Pyridam Farma untuk didistribusikan ke media anggota AMSI di 21 provinsi.
Menurut Ketua Umum AMSI, Wenseslaus Manggut, suplemen itu diberikan karena media dituntut tetap melakukan tugas memberikan informasi meski di tengah pandemi Covid-19.
“Agar publik dapat bertindak tepat saat pandemi,” kata Wenseslaus saat sambutan penyerahan suplemen yang berlangsung secara virtual, Rabu (7/4/2021).
Ia mengatakan, di masa pandemi ini media dituntut bekerja lebih keras, karena kebutuhan informasi meningkat lebih cepat. Sebagai organisasi AMSI, pihaknya memikirkan agar awak media anggota tetap aman selama di lapangan dengan menjaga kesehatan, dan menerapkan protokol kesehatan.
Wenseslaus menilai, bantuan suplemen kesehatan sangat berharga untuk para jurnalis.
“Terlebih situasi saat ini, situasi di masyarakat sudah seperti normal. Treatment perlindungan untuk jurnalis perlu dilakukan lebih tinggi. Selain meminta jurnalis berhati-hati saat liputan, bantuan suplemen salah satu upaya menjaga kesehatan untuk meminimalisasi risiko yang besar,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pyridam Farma dr. Widjanarko Brotosaputro, mengatakan, bantuan suplemen diberikan sebagai bentuk dukungan pada media dari industri farmasi.
“Industri farmasi sangat terbantu oleh media. Media memberikan support dengan memberikan penjelasan, pencerahan ke masyarakat, dan meluruskan informasi yang keliru selama pandemi,” kata Widjanarko.
Seremonial penyerahan bantuan ini sendiri dirangkaikan dengan diskusi kesehatan “Hidup Sehat di Era New Normal Menuju Herd Immunity” dengan narasumber utama diskusi ini adalah dr. Widjanarko Brotosaputro atau yang biasa disebut dr. Paulus.
Dalam paparannya, Paulus menjelaskan kekebalan kelompok atau herd immunity untuk memutuskan rantai dari penularan. Menurutnya, kekebalan kelompok bisa terwujud jika sebagian besar populasi telah terlindungi, di antaranya melalui imunisasi.
“Herd immunity diperlukan agar kelompok rentan yang tidak bisa mendapatkan vaksin tetap aman dan terjaga kesehatannya. Contohnya lanjut usia yang tidak bisa keluar rumah, orang dengan gangguan jiwa, atau kelompok rentan lainnya, termasuk anak-anak,” kata dia.
Paulus juga menyarankan agar selama pandemi perlu menjaga kesehatan tubuh dengan makan-makanan sehat, lebih banyak bergerak, mengurangi stress, dan berbagi kasih dengan yang lain.
“Aktivitas fisik yang mudah dengan jalan kaki dan mengurangi makan-makanan dari karbohidrat olahan serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah,” ujarnya.
Diskusi yang diikuti oleh sekitar 30 pemimpin redaksi dan perwakilan media anggota AMSI dilanjutkan dengan tanya jawab. Pertanyaan yang muncul di antaranya tentang efektivitas vaksin untuk mencegah penularan dan vaksinasi pada anak-anak.
Menanggapi pertanyaan tersebut, dr. Paulus menjelaskan bahwa vaksinasi bukan jaminan 100 persen tidak terpapar virus Covid-19.
“Tapi vaksinasi bisa mengurangi gejala dan mengurangi tingkat kefatalan saat terpapar penyakit tersebut,” jelasnya.
Paulus menegaskan, masyarakat yang telah mendapatkan vaksin tetap perlu memproteksi kesehatan. Selain itu bagi para penyintas Covid-19 tetap perlu menjalankan protokol kesehatan agar tidak menularkan atau tertular kembali.
“Hingga saat ini belum ada jawaban pasti penyintas tidak bisa menularkan ke orang lain, karena masih ada masa inkubasi. Penting bagi penyintas dan masyarakat yang sudah menerima vaksin tetap menggunakan masker, dan menjalankan protokol kesehatan untuk melindungi diri dan yang lain,” ucap Paulus.
Ia mengatakan, pada kasus penyintas yang kemudian kembali terpapar Covid-19 bisa terjadi karena memiliki penyakit bawaan atau penyerta selain Covid-19 (komorbid). Sayangnya, saat ini pasien Covid-19 yang meninggal tidak bisa dilakukan autopsi, sehingga tidak bisa terjawab dengan pasti penyebab kematian sebenarnya.
“Dan perlu diingat, tidak semua penyintas memiliki antibodi yang cukup atau antibodi langsung muncul pasca dinyatakan sembuh. Perlu tes lanjutan antibodi yang sayangnya masih cukup mahal,” ujarnya.
Selain itu, ia menjelaskan, uji klinis fase tiga belum dilakukan pada anak-anak. Pada anak-anak dalam kondisi-kondisi tingkat gizi rendah atau bencana, berpotensi tertular dari orang dewasa di sekitarnya.
“Sehingga yang perlu divaksin adalah orang dewasa,” ujarnya.
Editor: Zulhamdi
-
Regional2 hari ago
Jawaban Orang Tua Viecri soal Laporan Polisi Sopir Truk
-
Regional1 hari ago
Proyek Jalan GORR Pakai Material Timbunan Ilegal? Pengawas: Tanya Bos!
-
Megapolitan2 hari ago
Kongres MAPKB Diharapkan Jadi Momentum untuk ‘Merefresh Ulang’ Keluarga Besar Betawi
-
Regional2 hari ago
Sopir Truk di Gorontalo Lapor Polisi Usai Dianiaya 2 Pejabat
-
Nasional2 hari ago
MK Alami Degradasi Moral Sejak Anwar Usman Jadi Adik Ipar Jokowi
-
Nasional2 hari ago
Mega Minta Ganjar Tak Sungkan Akui ‘Petugas Partai’
-
Regional2 hari ago
Kemenkumham Gelar Anugerah Paralegal Justice Award sebagai Apresiasi ke Kades/Lurah
-
Internasional2 hari ago
Tabrakan Kereta Api di India: 288 Orang Tewas, 850 Luka Serius