Oleh: Dony Kusuma, SH.,
~Pengamat dari Strapol Watch Indonesia~
Hari ini 21 Januari 2021, jam 14.00 DPR RI menggelar sidang paripurna tentang laporan Komisi III atas hasil uji kelayakan terhadap calon tunggal Kapolri Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, Msi yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo, yang pada tanggal 20 Januari 2021 kemarin telah dilakukan uji kelayakannya di Komisi III DPR RI.
Seperti kita ketahui bersama jika Calon Kapolri Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, Msi adalah seorang non muslim, beliau beragama Kristen Protestan, sudah barang tentu hal ini menarik banyak perhatian publik terhadap dirinya ditengah mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam, dalam uji kelayakan kemarin beliau banyak menerangkan visi misinya yang disadur dalam sebuah makalah yang berjudul Transformasi Menuju Polri yang PRESISI (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi Berkeadilan), banyak pertanyaan dari pimpinan dan anggota Komisi III DPR RI beliau jawab dengan tenang dan tegas, apalagi disaat Pangeran Khairul Saleh salah satu pimpinan Komisi III yang dalam pernyataannya mempertanyakan sikap beliau tentang radikalisme dan terorisme yang selalu dikaitkan dengan agama Islam, beliau dengan tegas menjawab bahwa tidak ada satu agama manapun mengajarkan tentang terorisme, apalagi agama Islam yang mengajarkan Rahmatan Lil Al-Amin, saya rasa pernyataan beliau ini bisa menjawab keraguan umat Islam Indonesia tentang sosok Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, Msi dan komitmen beliau tentang penegakan hukum yang adil terhadap siapapun para pelaku kejahatan.
Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, Msi sebagai seorang non muslim ke tiga yang akan menjabat Kapolri ke depan harus banyak belajar dari para pendahulunya terutama dari para mantan Kapolri yang banyak menorehkan prestasi tatkala mereka menjabat, dan juga harus belajar dari dua tokoh mantan Kapolri yang non muslim yang pernah Indonesia miliki dan tatkala menjabat mereka sangat berkomitmen dan bersikap adil terhadap siapapun dan tak mudah disogok dengan apapun.
Indonesia pernah mempunyai dua orang Kapolri non muslim sejak kemerdekaannya, satu orang di zaman orde lama yaitu Irjen Pol Soetjipto Danoekoesoemo (1964-1965) yang mengawali kariernya di Korps Brigade Mobil yang pada saat itu bernama Polisi Istimewa, ketika pengangkatannya beliau berani bersikap untuk melakukan pembersihan terhadap para perwira tinggi Polri yang pada saat itu pro terhadap komunis, meski disatu sisi presiden tidak menyukai langkah tersebut, dan sebagai seorang Kapolri Irjen Pol Soetjipto Danoekoesoemo hanya mencoba bersikap lurus dan tidak mau terombang-ambing oleh politik yang terjadi saat itu. Ada juga di era orde baru yaitu Kapolri Jenderal Pol Widodo Budidarmo (1974-1978), lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian pada tahun 1955 ini satu angkatan dengan legenda kepolisian Indonesia yaitu Jenderal Hoegeng Imam Santoso yang juga mantan Kapolri (1968-1971), beliau ini Jenderal Pol Widodo Budidarmo mengawali kariernya di kepolisian sebagai perwira polisi air dan udara, beliau juga pernah menjabat Kapolda Metro Jaya, dia dianggap polisi jujur, saat menjabat Kapolda Metro Jaya beliau tidak ragu menyerahkan anak kandungnya untuk diproses secara hukum karena insiden pistol Dinas yang menewaskan supirnya, selain itu, Jenderal Pol Widodo Budidarmo juga pernah membiarkan beberapa perwira polisi dipidanakan karena kasus korupsi, menurut laporan Tempo (30/09/1978) Deputi Kapolri Letnan Jenderal Pol Siswadji dan Kepala Jawatan Keuangan Polri Brigadir Jenderal Pol Prajitno, bersama Kolonel Pol Suroso dan Letnan Kolonel Pol Paimin Sumarna, disidang dalam kasus korupsi, merek dinilai memperkaya diri sendiri dan atau orang lain dengan merugikan negara, kasus ini mencuat setelah pak Hoegeng mendapat laporan dari Provost lalu pak Hoegeng mengirimkan memo kepada Kapolri Jenderal Pol Widodo Budidarmo yang isinya berbunyi, “Wid, sekarang ini kok polisi sudah kaya-kaya, sampai sudah ada yang punya rumah mewah di Kemang, dari mana duitnya itu?”.
Kasus korupsi ini ramai diperbincangkan saat itu walaupun para petinggi ABRI kala itu tidak menyukainya, dan meminta dirinya agar kasus tersebut diselesaikan secara diam-diam sehingga tidak membuat malu. Di mata Pak Hoegeng sosok Jenderal Pol Widodo Budidarmo adalah seorang polisi yang sulit disogok, karena itulah Pak Hoegeng pernah menunjuknya sebagai Kapolda Sumatera Utara.
Dari sosok para tokoh diatas, kiranya Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, Msi dapat belajar agar dapat membawa institusi Polri kedepannya lebih baik sebagai garda terdepan NKRI dalam menjaga Kamtibmas dan ancaman lainnya, tentunya tugas berat telah menanti Komjen Pol Drs. Listyo Sigit Prabowo, Msi sebagai Kapolri ke depan, membangun soliditas internal dan akuntabilitas institusi di mata publik serta penegakan hukum yang berkeadilan bagi siapapun mereka yang mencari keadilan di negeri ini dan tetap menjadi pelayan, pelindung, pengayom dan penegak hukum yang humanis ditengah era masyarakat modern yang terbuka dengan segala informasi, Justice For All.
Jakarta, 21 Januari 2021
Discussion about this post