Kronologi, Jakarta — Publik dunia maya baru-baru ini dihebohkan dengan video sekelompok orang yang mengumandangkan adzan di beberapa tempat.
Pasalnya, adzan tersebut diselipkan kalimat tidak lazim yakni lafal ‘Hayya Alal jihad’.
Video tersebut beredar luas melalui platform media sosial seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, maupun Twitter.
Sontak hal tersebut menuai banyak tanggapan dari Kyai, Habaib, Asatidz juga termasuk dari Budayawan Muhammad Ainun Najib alias Cak Nun.
Cak Nun mengomentari adzan hayya alal jihad tersebut. Menurutnya, untuk melihat perspektif terkait azan dan iqomah yang ditambahih ‘Hayya Alal Jihad’ dapat melalui perspektif syariat dan fiqih.
Ia juga mengatakan hal itu dapat dilihat dari perspektif sosial politik dan perspektif (katakanlah) langit.
“Iya saya kira kita ambil saja tiga cara pandang atau tiga perspektif atau tiga spektrum. Spektrum pertama pasti adalah fikih dalam syariat Islam, artinya tata cara beragama yang diatur oleh agama Islam.” Ujar Cak Nun, sebagaimana dilihat dari kanal YouTube CakNun.com pada Kamis (3/12/2020).
Ia mengatakan bahwa ketika azan atau iqamah diganti dengan lafal ‘Hayya Alal Jihad’ secara fiqih tidak lazim karena bukan ajaran dan tradisi baku dari Rasulullah.
Selanjutnya, Cak Nun yang dikenal sebagai seorang budayawan dari Yogyakarta tersebut mengatakan, bahwa azan atau iqamah diganti menjadi ‘Hayya Alal jihad’, maka akan lazim ketika ada ulama yang menyebutnya melanggar syariat, Bidah, atau bahkan sesat.
Cak Nun juga mengatakan, kalau tujuan atau niatnya adalah untuk perang lebih baik menjadi ‘Hayya Alal Qital’, yang artinya mari berperang.
“Saya tidak curiga dan tidak mengklaim maksudnya, tapi Kalau saya jadi mereka saya akan sekalian memakai kata Qital, ‘Hayya Alal Qital’, Mari berperang” ujarnya.
Selanjutnya, Cak Nur menjelaskan perspektif secara sosial politik. Menurutnya, secara sosial politik kaum muslim dan nilai-nilai Islam memang sudah sangat lama merasa ditindas, dianiayaa, disakiti, diinjak-injak.
Karenanya, Cak Nun merasa tidak heran dengan fenomena sekelompok orang yang mengganti azan ‘Hayya Alal Jihad’.
Ia mengatakan kaum muslim ditindas, ada yang yang tidak tahan, meledak, mengamuk, dan ada yang dengan pedang atau senjata rakitan. Tidak hanya itu, bahkan ada yang dengan kalam atau lidah seperti perubahan azan tersebut.
Budayawan dari Yogyakarta tersebut juga menjelaskan kalau perspektif pandang kita luas, maka kita akan menemukan spektrum dimana subjek-subjeknya sangat banyak.
“Kalau perspektif pandangnya kita perluas, kita temukan spektrum di mana subjek-subjeknya sangat banyak seperti globalisasi, penjajahan Dajjal dan Ya’juj Ma’juj, imperialisme, kapitalisme global, amr dan iradah Allah Swt sendiri,” pungkasnya.
Editor: Alfian Risfil A
Discussion about this post