Kronologi, Jakarta – Bursa calon Kapolri saat ini makin riuh. Karena, setiap calon yang diunggalkan telah melakukan manuver dan berbagai aksi gerilya.
“Mulai dari lobi-lobi tingkat tinggi, membuat berbagai kegiatan menyangkut kinerja unit kerjanya hingga event-event yag membuat si calon mendapat penghargaan,” kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, dalam keterangannya, Senin (30/11/2020).
Neta menjelaskan, semua manuver yang dilakukan calon Kapolri, baik itu pencitraan, supaya dilirik Presiden Jokowi. Apalagi, yang punya hak prerogatif memilih Kapolri pengganti Jendral Pol Idham Azis.
“Yang paham dengan manuver dan aksi grilya tersebut, tingkah para bakal calon itu membuat kegelian sendiri di institusi kepolisian. Sebab grilya mereka tak lebih seperti orang cari muka,” ujarnya.
Gerilya calon Kapolri tersebut akan semakin ketat tak kalah pada pekan ini akan ada pergantian kepala BNN. Sehingga akan ada bintang dua masuk menjadi bintang tiga, yang artinya persaingan dalam bursa Kapolri akan semakin ketat.
“Pada dasarnya, semua bintang tiga di Polri, ada 13 orang, berpeluang menjadi Kapolri. Meski demikian IPW hanya melihat empat atau lima bintang tiga yang berpeluang kuat masuk bursa dan akan masuk penjaringan Wanjakti Polri untuk menjadi calon Kapolri,” ujarnya.
Nantinya, hanya akan dipilih dua nama untuk diserahkan kepada Presiden Jokowi untuk memilih satu nama.
IPW berharap, Kepala Negara memilih figur yang punya pengalaman dan jam terbang yang mumpuni serta pernah menjadi Kapolda di Jawa.
“Sehingga instingnya dalam menjaga keamanan nasional sudah terlatih,” kata dia.
Neta menambahkan, persoalan berat yang dihadapi Kapolri ke depan justru persoalan di internalnya dan bukan di eksternal.
“Persoalan kelebihan jenderal, Kombes dan AKBP di Polri adalah persoalan pelik yang jika tidak ditangani akan memunculkan sikut menyikut di kalangan internal,” paparnya.
Dikatakan Neta, persoalan mentalitas yang berbuntut tidak promoternya anggota Polri dalam penegakan hukum juga masalah berat yang tak muda diatasi Kapolri ke depan.
Selain itu, tidak adanya evaluasi menyeluruh terhadap fasilitas dan sarana prasarana Koprs Bhayangkara juga membuat kepolisian Indonesia seperti tidak terarah, terutama dalam alutsista, IT, dan teknologi kepolisian.
“Begitu juga tidak adanya evaluasi terhadap grand desain kepolisian membuat motto Polri yang Promoter hanya menjadi sebuah kata-kata kosong yang ke depan harus ditata ulang Kapolri baru agar Polri menjadi polisi yang modern,” pungkasnya.
Inilah peta Kekuatan 13 Komjen Polri:
1. Wakapolri Gatot Edi (Akpol 88 A, lahir 28 Juni 65, masa dinas 30 bulan lagi, dan pernah menjadi Kapolda Metro Jaya).
2. Irwasum Agung Budi (Akpol 87, lahir 19 Feb 65, masa dinas 26 bulan lagi, dan pernah menjadi Kapolda Jabar). Akpol 87 menjadi kendala mengingat Kapolri Idham Azis adalah juniornya di Akpol 88 A.
3. Kabareskrim Sigit Listyo (Akpol 91, lahir 5 Mei 69, masa dinas 78 bulan lagi, dan pernah menjadi Kapolda Banten). Muncul kontroversial terhadap keberadaannya, di antaranya masa pensiun yg masih cukup lama, yakni hingga Mei 2027.
4. Kabaintelkam Rycko AD (Akpol 88 B, lahir 14 Ags 66, pernah menjadi Kapolda Sumut, Gubernur Akpol, dan Kapolda Jateng). Muncul pertanyaan, mungkinkah terjadi mantan ajudan Presiden SBY akan menjadi Kapolri era Jokowi.
5. Kabaharkam Agus Andriyanto (Akpol 89, lahir 16 Feb 67, pernah menjadi Kapolda Sumut).
6. Kalemdikpol Arief Sulistyanto (Akpol 87, lahir 24 Maret 1965, pernah menjadi Kapolda Kalbar, Deputi SDM, dan Kabareskrim). Akpol 87 menjadi kendala mengingat Kapolri Idham Azis adalah juniornya di Akpol 88 A
7. Kepala BNPT Boy Rafli (Akpol 88 B, lahir 25 Maret 1965, pernah menjadi Kapolda Banten dan Kapolda Papua).
8. Kepala BNN Heru Winarko (Akpol 85, lahir 1 Des 62, masa dinas tinggal hitungan hari, dan pernah menjadi Kapolda Lampung).
9. Ketua KPK Firli Bahuri (Akpol 90, lahir 8 Nop 63, masa dinas tinggal setahun lagi, dan pernah menjadi Kapolda Sumsel).
10. Waka BSSN Dharma Porengkun (Akpol 88A lahir 12 Jan 66, dan belum pernah menjadi Kapolda).
11. Sestama Lemhanas Didi Widjarnadi (Akpol 86, lahir 14 Jan 63, masa dinas tinggal 1,5 bulan lagi).
12. Sestama BIN Bambang Sunarwibowo (Akpol 88 B, lahir 24 Mei 66, pernah menjadi Asrena, dan belum pernah menjadi Kapolda).
13. Irjen Depkumham Andal BR (Akpol 88 B, lahir 23 Juni 66, pernah menjadi Kapolda Sultra, Maluku, dan Kapolda Kepri).
Penulis: Tio
Discussion about this post