Sabtu, Agustus 13, 2022
KRONOLOGI.ID
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Regional
  • Internasional
  • Politik
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Opini
No Result
View All Result
KRONOLOGI.ID
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Regional
  • Internasional
  • Politik
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Opini
No Result
View All Result
KRONOLOGI.ID
No Result
View All Result
Home Opini

Kasus Habib Rizieq, Istana Nabok Nyilih Tangan?

REDAKSI by REDAKSI
23/11/2020
in Opini
Kasus Habib Rizieq, Istana Nabok Nyilih Tangan?

Imam besar FPI Habib Rizieq./Ist


Oleh: Hersubeno Arief
~Wartawan Senior~

“Markas FPI di Petamburan Disemprot Polisi Pakai Disinfektan.” Begitu sebuah media membuat judul beritanya.

Di media sosial, video dan foto-foto petugas penyemprot di kawal petugas bersenjata, bertebaran dengan cepat.

Bagi yang paham pemasaran (marketing) politik, penyemprotan itu tidak hanya dilihat sebagai langkah dan tindakan kesehatan semata.

Aksi itu adalah sebuah strategi marketing politik. Sebuah tahapan demarketing sedang dijalankan.

Ya, semua ribut-ribut yang terjadi dalam dua pekan terakhir, sejak kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS), secara marketing dan komunikasi politik menjadi sangat menarik untuk dicermati.

Mulai dari pencopotan baliho oleh prajurit TNI dari Kodam Jaya. Pengumuman bahwa kawasan Petamburan, Markas FPI sebagai kluster baru penyebaran Covid-19.

Kedatangan petugas polisi, TNI, dan Satpol PP ke rumah HRS pada malam hari untuk swab. Sampai penyemprotan disinfektan. Tujuannya sangat jelas.

Membentuk persepsi masyarakat bahwa apa yang dilakukan pendukung FPI salah. Tidak patuh pada aturan dan pemerintah. Membahayakan masyarakat.

Tidak mematuhi aturan. Seenaknya sendiri. Disimbolisasi dengan pencopotan baliho.

Tidak mematuhi protokol kesehatan. Membahayakan kesehatan masyarakat. Disimbolisasi dengan penyemprotan disinfektan dan permintaan swab.

Coba perhatikan. Petugas mendatangi rumah HRS untuk melakukan swab, pada malam hari. Di atas pukul 22.00 Wib. Memberi kesan ada situasi yang sangat darurat.

Bersamaan dengan itu media memberitakan dengan besar-besaran. Para buzzer bekerja. Mereka menyebar kabar HRS dan keluarganya positif Covid-19.

Para buzzer juga memperkuat dan mengamplifikasi pesan itu.

Ramuan ajaib yang selama ini terbukti ampuh, kembali dimainkan: HRS dan FPI radikal, intoleran, membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Spanduk penolakan atas HRS disebar dimana-mana. Unjukrasa juga digelar di beberapa kota.

Adanya operasi demarketing politik ini tampaknya sangat disadari oleh FPI dan para pendukungnya.

Mereka segera menyebar file-file lama. Anggota FPI di beberapa daerah melakukan penyemprotan disinfektan di gereja.

Salah satu foto menunjukkan anggota FPI sedang menyemprot sebuah ruangan dengan patung Yesus di latar belakangnya.

Foto itu sangat ikonik. Loud and clear.

Secara visual target dari penyebaran foto-foto ini sangat jelas. Counter opini.

FPI ingin menunjukkan bahwa mereka sangat sadar dengan protokol kesehatan, sekaligus bukan kelompok radikal yang intoleran.

alterntif text

Pada video yang beredar, memperlihatkan anggota FPI baru saja merenovasi rumah seorang janda di Sumatera Utara. Sang janda beranak empat itu beragama Nasrani.

Yang lebih seru lagi adalah video lama Tito Karnavian sedang pidato dalam sebuah forum FPI. Video itu diedarkan dengan dibubuhi berbagai narasi.

Video itu kelihatannya diambil saat Tito Karnavian masih menjadi Kapolda Metro Jaya. Hubungannya dengan FPI sedang mesra-mesranya.

Tito memuji kegiatan yang dilakukan oleh FPI.

Menurutnya, stigma FPI radikal, intoleran, identik dengan tindak kekerasan, merupakan label yang dibuat media.

Bagaimana dengan isu HRS positif Covid?

FPI membuat strategi jitu dengan menyebarkan video. Dia sedang asyik bermain dengan cucunya.

Jadi bahan kajian

Perang strategi marketing politik, demarketing Vs image building yang terjadi antara pemerintah Vs FPI ini menarik untuk dicermati. Bisa jadi bahan kajian.

Narasi siapa yang paling kuat. Pesannya ditangkap dan dipercaya publik?

Bagi pemerintah dan TNI, harus disadari mereka tidak hanya berhadapan dengan HRS dan para pendukungnya.

Masuknya Pangdam Jaya dan TNI dalam medan perang opini dengan HRS, membuat tanduk masyarakat sipil, termasuk para senior TNI langsung berdiri.

Mereka waspada tinggi. Alarm tanda bahaya menyala.

Tindakan itu bisa ditafsirkan sebagai langkah awal kembalinya Dwifungsi TNI.

TNI kembali ditarik-tarik dan masuk ke tugas pokok dan fungsi institusi sipil.

Tak kalah seriusnya, tindakan itu juga merupakan tanda-tanda sangat serius. Rezim telah Jokowi menjelma sebagai penguasa otoriter.

Menggunakan militer untuk menekan lawan-lawan politiknya.

Gubernur DKI Anies Baswedan membuat sindiran sangat cerdas.

Dia memposting fotonya sedang membaca buku: How Democracies Die karangan Daniel Ziblatt dan Steven Levitsky.

Reaksi masyarakat sipil yang begitu luas, tampaknya disadari oleh Istana dan Mabes TNI.

Mereka segera membantah. Tidak pernah memerintahkan Pangdam menurunkan baliho, apalagi membubarkan FPI.

Masalahnya, mereka juga tidak secara terbuka menyalahkan, apalagi mengecam dan mengambil tindakan agar Pangdam Jaya segera menghentikan langkahnya.

Peribahasa Jawa menyebut perilaku istana ini sebagai “nabok nyilih tangan.” Memukul dengan memakai tangan orang lain.

Mau makan nangkanya, tapi tidak mau kena getahnya.

Dari sisi marketing politik, publik adalah konsumennya. Voters, pemilih yang harus dimenangkan hatinya.

Produk apa dan strategi pemasaran mana yang bisa memenangkan persepsi publik?

Anda, para pembaca semua yang memutuskan. end

Tags: FPIHabib RizieqJokowiPangdam Jaya Mayjen Dudung AbdurachmanTNI
Previous Post

Jokowi Klaim Kasus Aktif Covid-19 RI di Bawah Rata-rata Dunia

Next Post

Update 23 November: Bertambah 4.442, Corona RI Tembus 500 Ribu Lebih

Related Posts

Ganjar Mengaku Suka Gaya Jokowi yang ‘Tidak Berjarak’

Ganjar Mengaku Suka Gaya Jokowi yang ‘Tidak Berjarak’

11/08/2022
Soal Kasus Brigadir J, Jokowi: Usut Tuntas, Jangan Ada yang Disembunyikan

Soal Kasus Brigadir J, Jokowi: Usut Tuntas, Jangan Ada yang Disembunyikan

09/08/2022
Respons Isu Jokowi Endorse Ganjar-Erick, PDIP Singgung ‘Ilmu Tahu Diri’

Respons Isu Jokowi Endorse Ganjar-Erick, PDIP Singgung ‘Ilmu Tahu Diri’

08/08/2022
Jokowi Tak Ingin Kasus Brigadir J Bikin Citra Polri Babak Belur

Jokowi Tak Ingin Kasus Brigadir J Bikin Citra Polri Babak Belur

08/08/2022
Next Post
Update 23 November: Bertambah 4.442, Corona RI Tembus 500 Ribu Lebih

Update 23 November: Bertambah 4.442, Corona RI Tembus 500 Ribu Lebih

Minim Fasilitas, Komisi VIII DPR Minta Menag Perhatikan Kantor KUA di Sulbar

Minim Fasilitas, Komisi VIII DPR Minta Menag Perhatikan Kantor KUA di Sulbar

Discussion about this post

TERPOPULER

  • Pengacara: Ferdy Sambo Marah karena Brigadir J Bocorkan Kasus Perzinaan ke Istri

    Pengacara: Ferdy Sambo Marah karena Brigadir J Bocorkan Kasus Perzinaan ke Istri

    6054 shares
    Share 2422 Tweet 1514
  • Respons Pengacara Sambo soal ‘Amplop Cokelat dari Bapak’

    211 shares
    Share 84 Tweet 53
  • Pakar Prediksi Nasdem-PKS-Demokrat Akan Merapat ke KIB

    32 shares
    Share 13 Tweet 8
  • Ribut Soal Gelar Adat, Bupati Nelson Minta Maaf di Paripurna, Iskandar Diam

    17 shares
    Share 7 Tweet 4
  • Kisruh Usulan Gelar Adat untuk Bupati Gorontalo, Iskandar Minta Nelson dan Syam Jawab Pernyataannya

    16 shares
    Share 6 Tweet 4

TOP STORIES



Follow us on social media:

  • Tentang Kronologi.id
  • Redaksi
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Data Pribadi

© 2018 Kronologi.id. All right reserved

No Result
View All Result
  • Nasional
  • Megapolitan
  • Regional
  • Internasional
  • Politik
  • Bisnis
  • Hiburan
  • Lifestyle
  • Tekno
  • Opini

© 2018 Kronologi.id. All right reserved