Kronologi, Gorontalo – Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Gorontalo (UNUGO), Ridwan Tohopi, meminta umat Islam tak emosional terhadap pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang disebut-sebut menghina agama dan Nabi Muhammad SAW.
Menurut Ridwan, pernyataan tersebut adalah berangkat dari keyakinan dan pandangan Macron sendiri yang bukan seorang Muslim.
“Kalau menurut pandangan saya, Emmanuel Macron ini kan berpegang pada kepercayaan dan keyakinannya. Jadi pada intinya dia tidak memahami bahwa agama Islam ini seperti apa,” kata Ridwan, Kamis (5/11/2020).
“Macron ini kan dia hanya percaya bahwa Nabi Muhammad SAW ini ada. Tapi, berdasarkan keyakinannya dia tidak memahami bahwa Muhammad SAW adalah pesuruh atau utusan Allah SWT, dalam hal ini hanya orang yang percaya dan meyakini Agama Islam itu yang tahu bahwa sosok Nabi Muhammad ini bagaimana terhadap Islam,” sambungnya.
Ridwan mengatakan, Macron bukan lah seorang Muslim. Sehingga, menurutnya, pandangan dirinya terhadap Nabi berbeda dengan seorang Muslim.
“Kalau orang seperti Emmanuel Macron dia kan pada kepercayaan dan keyakinan tersendiri, tentunya dalam hal ini dia bukan golongan dari kita,” ucapnya.
Dalam wawancaranya kepada Kronologi.id, Ridwan menjelaskan bahwa Macron bermaksud untuk menganalogikan Nabi Muhammad melalui kartun. Menurutnya, hal itu tentu bertentangan dengan Umat Islam yang memang dilarang untuk menggambarkan Nabi Muhammad.
“Jangankam untuk menganalogikan, dalam hal memikirkan bentuknya saja kita hanya sebatas misalnya saya dalam keadaan gembira saya pun menyatakan bahwa Nabi dalam keadaan bahagia seperti di pikiran saya,” ujar Ridwan.
“Kan belum tentu pada presepsi orang lain tentang persoalan dia mengatakan kartun Nabi Muhammad SAW itu seperti yang diilustrasikan dalam pikirannya,” lanjut Ridwan.
Ridwan menilai, sikap yang seharusnya diambil oleh Umat Islam adalah harus melihat konteksnya dulu, bukan hanya ikut-ikutan dalam menanggapi.
“Kita perlu lihat dari konteksnya dulu jangan kita ikut-ikutan juga semarak seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang terlalu fanatik dengan kultur ke-Islaman,” kata dia.
“Kita kaji dulu jangan hanya ikut dengan arus yg terjadi saat ini. Jangan hanya emosional yang lebih banyak dari pada rasionalnya,” tandasnya.
Penulis: Sita Editor : Zul
Discussion about this post