Kronologi, Gorontalo – Direktur Media Center Rumah Perjuangan Rachmat Gobel, Alyun Hippy, angkat suara soal pernyataan Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kabupaten Gorontalo, Syamsul Baharuddin, terkait lampu Pakaya Tower.
Menurut Alyun, pernyataan Syamsul itu tidak identik dengan gaya komunikasi pemerintah.
“Terkesan lebih cenderung kepada gaya komunikasi politik yang bisa membuat kegaduhan di kalangan masyarakat,” kata Alyun dalam keterangan tertulis yang diterima Kronologi.id, Senin (2/11/2020).
Alyun menilai, frasa bahasa yang digunakan Kepala Dinas Disporapar seolah ingin menggiring pendapat publik bahwa Rachmat Gobel tidak pro terhadap pencegahan penyebaran virus Covid-19 di tengah penerapan kehidupan normal baru.
“Dia mengungkap pernyataan tidak utuh. Di balik permintaan (Rachmat Gobel) untuk menyalakan lampu menara yang hanya untuk waktu sesaat saja di malam itu,” ujar Alyun.
Selain membentuk persepsi publik tidak pro terhadap penanganan Covid-19, kata Alyun, Syamsul Baharuddin patut diduga juga melakukan character assasination atau pembunuhan citra dan karakter terhadap Rachmat Gobel selaku pejabat negara, melalui pemaksaan opini sesat ke publik.
“Dan lebih ironisnya lagi, alasan di balik tindakan pembangkangan itu diduga berasal dari pemahamannya yang picik terhadap protokol penanganan Covid-19 di era new normal. Penggunakan opini bermotif character assasination hanya dilakukan para politisi dalam interaksi komunikasi politik, bukan oleh pejabat pemerintahan. Sehingga patut diragukan integritas dan etikanya sebagai pejabat penyelenggara pemerintahan,” terang Alyun.
Ia menjelaskan, kunjungan Rachmat Gobel ke Menara adalah terkait rencana perawatan lampu di Menara tersebut. Rencana perawatan itu perlu dilakukan karena lampu LED yang ada di Menara akan genap berusia dua tahun.
“Sesuai info yang diterima, beberapa buah lampu telah hilang ataupun rusak. Sehingga permintaan untuk menyalakan lampu pada malam itu adalah untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi faktual lampu Menara, bukan untuk meminta dinyalakan sebagaimana jadwal yang berlaku,” ucap Alyun.
“Ini adalah bagian dari reaksi kepedulian Rachmat Gobel, merespons pembukaan kembali obyek wisata dan tempat hiburan oleh Bupati Gorontalo pada bulan Juni 2020 kemarin, seiring dengan mulai diterapkannya kehidupan normal baru di tengah pandemi Covid-19,” imbuh dia.
Alyun mengatakan, penjelasan Syamsul Baharuddin yang menolak menyalakan lampu Pakaya Tower meski hanya untuk beberapa saat terlihat tidak konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya. Apalagi, pemerintah telah membuka kembali obyek wisata dan tempat hiburan untuk mengejar selisih capaian target wisatawan sebanyak 207.456 orang yang pada Maret 2020 baru mencapai 66.188 orang.
“Apa yang disampaikan tidak konsisten dengan pernyataanya di bulan Juni kemarin. Dan penjelasan kadis soal peraturan pemerintah pusat adalah alasan yang mengada-ada. Sebab penekanan pada penerapan kehidupan normal di tengah pandemi Covid-19 adalah penerapan protokol kesehatan dengan ketat. Bukan mematikan potensi ekonomi pada pusat perekonomian masyarakat, termasuk menara Pakaya Tower,” pungkas Alyun.
Penulis: Even Makanoneng Editor : Zulhamdi
Discussion about this post