Nasional
Soal Vaksin Covid-19, Pemerintah Pilih Kerja Sama dengan China dan Norwegia

Kronologi, Jakarta — Saat ini seluruh dunia sedang berlomba membuat vaksin virus corona Covid-19. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia memilih bekerjasama dengan China dan Norwegia.
Demikian disampaikan Menteri Luar (Menlu) Negeri Retno Marsudi dalam Webinar bertajuk “Tren Geopolitik Dunia Di Tengah Covid-19″Jumat (12/6/2020). Webinar ini digelar DPP Partai Golkar.
Ikut jadi pembicara dalam acara ini politisi Beringin yang juga Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid dan Direktur Eksekutif CSIS Philips J. Vermonte.
Menurut Retno, di Norwegia pihaknya menggandeng lembaga yang bernama Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
Dia menuturkan jika CEPI memiliki vaksin yang jenisnya rekayasa genetik.
“Kita juga sedang jalin komunikasi dengan Sinovac dari China. Lainnya tentu ada, tapi yang menonjol saat ini dua itu,” imbuhnya.
Dikutip dari Wikipedia, Sinovac Biotech adalah perusahaan biofarmasi yang focus pada riset, development, manufaktur dan commersialisasi vaksin yang mengancam manusia. Sinovav berbasis di Beijing.
Yang jelas, kata Menlu Retno, Indonesia terus menyuarakan pentingnya akses vaksin Covid-19 bagi negara-negara di dunia. Dorongan tentang akses vasin Covid-19 yang terjangkau itu secara khusus juga telah didengungkan Indonesia dalam forum World Health Assembly (WHA) ke-73 yang digelar pada 18-19 Mei 2020.
“Di semua pertemuan virtual internasional, Indonesia terus menyuarakan pentingnya hal tersebut,” jelas Retno.
Ia mengatakan, ketersediaan vaksin Covid-19 akan membawa perubahan signifikan bagi seluruh negara dalam menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
“Vaksin akan menjadi game changer. Karena prinsip-prinsip yang tadi saya sampaikan soal accessibility dan affordability penting dikedepankan,” ujar dia.
Indonesia pun telah menetapkan dua langkah strategis terkait pengembangan vaksin Covid-19
Pertama membangun resiliensi dengan cara pengembangan vaksin secara mandiri. Dan saat ini sudah mulai dirintis. Sehingga, ke depan tidak hanya dapat memproduksi vaksin secara mandiri.
“Tapi kita perlu juga berjuang juga untuk kemadirian industri obat-obatan. Dan ini memerlukan komitmen politik yang sangat tinggi,” ucap mantan Dubes RI untuk Belanda itu.
Yang kedua adalah kerja sama dengan pihak lain atau negara lain untuk pengembangan vaksin. “Jadi dua strategi ini kita jalankan secara bersamaan tapi arahnya adalah ke arah yang kemandirian,” tegasnya.
Editor: Alfian Risfil A
-
Regional3 hari ago
Jawaban Orang Tua Viecri soal Laporan Polisi Sopir Truk
-
Regional2 hari ago
Proyek Jalan GORR Pakai Material Timbunan Ilegal? Pengawas: Tanya Bos!
-
Nasional6 jam ago
Jokowi Dianggap Aneh Tak Tegur KSP Moeldoko yang Gugat SK Menkumham
-
Regional3 hari ago
Sopir Truk di Gorontalo Lapor Polisi Usai Dianiaya 2 Pejabat
-
Nasional3 hari ago
MK Alami Degradasi Moral Sejak Anwar Usman Jadi Adik Ipar Jokowi
-
Megapolitan3 hari ago
Kongres MAPKB Diharapkan Jadi Momentum untuk ‘Merefresh Ulang’ Keluarga Besar Betawi
-
Nasional3 hari ago
Mega Minta Ganjar Tak Sungkan Akui ‘Petugas Partai’
-
Regional2 hari ago
Jayusdi Rifai Dampingi Bupati Serahkan Bantuan Beras di Limboto