Lifestyle
WHO Minta Penelitian 4 Obat Corona Ini Dipercepat

Kronologi, Jakarta – Hingga saat ini, virus corona atau covid-19 masih terus menyebar dan belum ditemukan obat yang tepat untuk mengatasinya. Padahal virus ini sudah mewabah selama lebih dari tiga bulan yakni sejak akhir 2019 lalu.
Para peneliti pun di seluruh dunia masih terus berusaha untuk menemukan obat paling cocok dalam mengatasi virus yang telah menyebar di seluruh dunia ini.
Dikutip dari The Verge, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom mengungkapkan, saat virus corona merebak di China pada bulan Januari dan Februari, peneliti sudah aktif melakukan uji klinis obat corona tersebut. Namun hingga kini, penelitian tersebut belum menghasilkan jawaban yang jelas dan kuat.
WHO meluncurkan uji klinis multinegara yang diberi nama SOLIDARITY untuk menguji empat jenis obat covid-19. Berikut ini rincian empat obat yang menjadi perhatian WHO dan peneliti dan sedang dipercepat penelitiannya.
1. Klorokuin dan Hydroxychloroquine
Kedua jenis obat ini merupakan obat malaria. Sebelumnya, panel ilmiah WHO yang merancang proyek SOLIDARITY enggan melanjutkan penelitian pada klorokuin dan hidroksi klorokuin, akan tetapi berubah pikiran pada 13 Maret karena menunjukkan hasil cukup signifikan di beberapa negara.
Peneliti di Perancis menyimpulkan kedua obat ini secara signifikan mengurangi viral load pada uji swab. Hal itu seelah menerbitkan studi di mana mereka merawat 20 pasien covid-19 dengan hydroxychloroquine.
Namun Society of Critical Care Medicine Amerika Serikat belum yakin mengeluarkan rekomendasi tentang penggunaan klorokuin atau hidroksi klorokuin pada pasien covid-19 dewasa yang sedang sakit kritis. Hal itu karena belum cukup bukti.
2. Remdesivir
Saat ebola mewabah, remdesivir menjadi obat antivirus yang pertama kali dikembangkan. Namun penelitian lebih lanjut menghasilkan obat ini dapat memblokir MERS dan SARS dalam sel. Tes laboratorium telah menunjukkan remdesivir bisa menghambat covid-19.
Namun tidak ada jaminan bahwa uji klinis akan menunjukkan bahwa remdisivir bekerja lebih baik. Karena itu, data hasil uji coba WHO, dan penelitian lain sangat penting sebelum memberikannya kepada orang sakit secara massal, dokter harus memastikan apakah obat itu benar-benar bekerja.
Uji coba tim SOLIDARITY dari WHO menyebut remdesivir memiliki potensi terbaik untuk digunakan ke pasien covid-19. Akan tetapi pemberian dalam dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan.
3. Ritonavir-Lopinavir
Kombinasi ritonavir-lopinavir yang dijual dengan merek kaltera awalnya digunakan pada 2000 sebagai obat HIV. Pada Februari 2020, dokter di Thailand mengatakan mereka melihat adanya perbaikan kondisi pasien covid-19 saat diberi kombinasi obat tersebut.
Saat ini WHO sedang menguji kombinasi ritonavir-lopinavir bersama dengan anti-inflamasi interferon beta, yang diproduksi tubuh secara alami untuk menangkal virus.
4. Ritonavir-Lopinavir dan Interferon-beta
Selain 3 obat di atas, tim WHO juga akan menggabungkan dua antivirus dengan interferon-beta, sebuah molekul yang terlibat dalam mengatur peradangan tubuh. Kombinasi kedua obat ini sedang diuji pada pasien MERS di Arab Saudi dalam uji coba terkontrol acak pertama untuk penyakit itu.
Tetapi penggunaan interferon-beta pada pasien covid-19 yang parah dimungkinkan berisiko. Jika obat diberikan terlambat, bukannya membantu namun penyakit ini malah mudah menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih buruk.
Penulis: Neni
-
Regional3 hari ago
10 Ribu Anggota DPRD Bakal Demo Menteri Keuangan, Syam: Gorontalo Ikut!
-
Regional6 hari ago
Bupati Nelson Nonaktifkan Satu Orang Pejabat, Siapa?
-
Headline3 hari ago
Aktivis Lieus Sungkharisma Meninggal Dunia
-
Megapolitan3 hari ago
Jokowi Puji Heru Mampu Garap Sodetan Ciliwung yang Mangkrak di era Anies
-
Regional4 hari ago
Oknum Pengurus Apdesi Pohuwato Ditangkap Polisi, Diduga terkait Narkoba
-
Regional6 hari ago
Gegara Charger HP Dipakai untuk HT, Rumah di Ponorogo Ludes Terbakar
-
Headline7 hari ago
Tempo Hoaks! Ketua DPRD DKI: Tidak Benar Rumah Saya Digeledah KPK
-
Regional7 hari ago
Wali Kota Gorontalo Yakin Shava Beach Resort Mampu Bangkitkan Ekonomi