Kronologi, Jakarta — Pakar hukum pidana dari Universitas Bung Karno (UBK), Azmi Syaputra menenggarai keterlibatan komisioner KPU lainnya dalam kasus suap yang mencokok Komisioner KPU Wahyu Setiawan (WS). Pasalnya, pintu masuk dugaannya melalui produk keputusan komisioner KPU secara kolegial.
“Jika benar dan sudah final dirapat plenokan dan dinyatakan nama Riezky Aprilia sebagai pengganti Nazarudin karena meninggal dunia. Terus kenapa lagi komisioner masih “mau berani mengubah” hasil rapat pleno KPU dan “mau diakali” dan dijanjikan pada Harun Masiku?, ini masalah utamanya artinya keputusan di KPU masih bisa ditawar atau berubah?,” kata Ketua Asosiasi Ilmuwan Praktisi Hukum Indonesia (Alpha) itu, Jakarta, Senin (13/1/2019).
Azmi menegasakan, bahwa keputusan KPU tidak bisa diputuskan sendiri. Keputusan itu mesti bersifat kolektif kolegial.
“Harus rapat dengan 5 komisioner dan minimial disetujui 4 komisioner. Karena sudah ada keputusan pleno, sifat keputusan itu sekali selesai apalagi yang ditujukan pada individual (otomatis PAW jatuh pada nama caleg suara terbanyak berikutnya), prosedur dan mekanismenya demikian, jadi final dan konkrit, tentunya karena sudah tahu demikian Wahyu Setiawan sebagai komisioner tidak bisa main sendiri?,” sindirnya.
Karena itu, Azmi membaca potensi keikutsertaan komisioner lain atau ada tekanan yang luar biasa dari eksternal KPU.
“Karena dia tidak mungkin dapat merubah keputusan dalam pleno sendiri harus ada peran dan persetujuan komisioner yang lainnya, karena keputusan di KPU itu sifatnya kolektif kolegial apalagi sampai detik akhir satu hari sebelum OTT, Komisioner KPU tetap pada keputusan Plenonya bukan tunduk pada judicial review MA,” pungkasnya.
Sebelumnya pakar hukum dari Universitas Al-Azhar (UAI), Suparji Ahmad mendorong KPK untuk memeriksa seluruh Komisioner KPU dalam kasus yang menjerat Wahyu Setiawan.
Menurutnya, kode ‘Siap, mainkan’ yang disampaikan Wahyu bisa menjadi indikasi adanya keterlibatan Komisioner KPU lainnya.
“Saya kira ini memang menjadi sesuatu yang penting ya momentum betul bagi KPK termasuk juga membongkar di internal KPU sendiri apakah Wahyu itu bisa main sendiri,” terangnya, Sabtu (11/1/2019).
“Kalau kalimat dia mainkan, berarti dia kan ada teman lain kan, gak mungkin bermain sendirian gitu, berarti ada partnernya,” tambahnya.
Editor: Alfian Risfil A
Discussion about this post