Tak Berkategori
Arkeolog Masih Mencari Lokasi Tiga Bastion Benteng Maas Gorut

Kronologi, Gorut – Tiga dari empat bastion Benteng Maas di Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) sedang dicari para peneliti dari Balai Arkeologi Sulawesi Utara. Meski fisik tiga bastion ini sudah tidak ada, namun para peneliti sedang mencari struktur fondasi yang masih bisa dilacak sehingga dapat diketahui posisinya.
Peneliti yang diketuai arkeolog Irna Saptaningrum ini melakukan ekskavasi awal di sisi barat daya benteng yang diperkirakan tempat salah satu bastion yang hilang.
“Satu bastion masih tersisa meskipun kondisinya sudah rusak. Bastion ini berada di sisi timur laut,” kata Irna, Rabu (1/5/2019).
Dalam penelitan ini, para arkeolog menemukan fondasi, pecahan keramik dan stoneware saat menggali reruntuhan Benteng Maas. Temuan fragmen keramik ini berada di kedalaman 52 sentimeter dari permukaan tanah.
“Stoneware dan keramik terkait aktifitas kehidupan di dalam Benteng Maas karena berasal dari lapisan budaya yang sama,” ujarnya.
Dalam pekan ini, Balai Arkeologi Sulawesi Utara yang memiliki wilayah kerja di tiga provinsi, yakni Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah ini tengah melakukan riset untuk mencari bentuk arsitektur Benteng Maas.
Lokasi benteng ini berada di pesisir utara Gorontalo menghadap Laut Sulawesi yang berada di pinggir pantai tidak jauh dari sungai.
Belum diketahui pasti siapa yang membangun benteng ini, namun menurut Irma yang merujuk pada catatan lama, pada masa pemerintahan Raja Biya yang memerintah Kerajaan Limutu, pernah memindahkan ibu kota kerajaan dari Limutu (Limboto) ke Uanengo, nama lama kota Kwandang saat ini.
“Raja Biya membangun dua benteng. Apakah keduanya kemudian dikuasai oleh Spanyol, VOC atau lainnya, ini perlu penelitian lebih lanjut,” tutur Irma.
Sisa reruntuhan Benteng Maas yang masih bisa disaksikan saat ini adalah bagian bastion di timur laut dan bagian pintu gerbang di sisi barat.
Sementara itu, pakar geo-arkeologi yang menjadi anggota tim ekskavasi ini, Agus Trihascaryo, menjelaskan, penyusun struktur bastion adalah batu karang , andesit, tuva, breksi, granodiorit dan spesinya campuran antara terumbu karang yang dihaluskan dan pasir halus.
Adapun peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang juga tim peneliti, Muhammad Chawari, mengatakan, dalam catatan lama disebutkan pada masanya Benteng Maas ini memiliki empat bastion, yang tersisa saat ini hanya satu bastion.
Menurut dia, sisa bastion inilah yang saat ini sedang dicari para arkeolog dari Balai Arkeologi Sulawesi Utara.
“Uniknya, bastion yang tersisa berbentuk segi delapan (oktagon),” ungkap Chawari.
Kemudian menurut Kepala Balai Arkeologi Sulawesi Utara, Wuri Handoko, ekskavasi Benteng Maas ini merupakan penelitian tinggalan arkeologi masa kolonial.
Riset ini,lanjut dia, dapat dimaknai sebagai bagian dari sebuah pengalaman bersama dalam menghadapi pengaruh dan kekuatan asing.
“Perjalanan panjang kolonialisasi ini pula yang telah melahirkan bentuk ke-Indonesia-an negara ini,” kata Wuri Handoko.
Dia menambahkan, pemaknaan lain dari riset ini adalah mengungkap nilai-nilai positif yang telah ada sejak masa kolonial, seperti multikultur, heterogenitas kota yang mulai terbentuk sejak masa kolonial.
-
Regional6 hari ago
Diduga Salah Tetapkan Tersangka, Oknum Penyidik Polresta Manado Dilaporkan ke Kapolda Sulut
-
Megapolitan6 hari ago
Anak Haji Lulung & 5 DPC PPP DKI Mundur Gegara Ulama-Habaib Dipecat dari Majelis Syariah DPW
-
Regional4 hari ago
Pemda Gorontalo Klaim Jaminan Pelaksanaan Proyek: 8 Perusahaan Tembus Rp3 Miliar
-
Nasional2 hari ago
PBNU Bela Baliho Erick Tohir: Yang Harus Dikecam Itu yang Jualan NU tapi Suul Adab
-
Regional2 hari ago
Polres Pohuwato Tangkap Warga Pemilik Puluhan Ribu Obat Ifarsyl
-
Regional6 hari ago
Mayat Gadis Tergeletak di Areal Puncak Gunung Lawu, Cuaca Ekstrem Gagalkan Evakuasi
-
Headline2 hari ago
Survei SMRC: Anies Terus Menguat
-
Megapolitan4 hari ago
PT JakPro: Anggaran Formula E 2022 Selesai Diaudit, Hasilnya Wajar